Dhaka:
Bangladesh mengeluarkan peringatan keamanan tinggi di seluruh negeri akibat bentrokan
kekerasan yang terus meningkat antara mahasiswa dan polisi. Ibu kota Dhaka mengalami hampir total pemadaman internet dan terputusnya jaringan telepon.
Melansir dari
BBC, pada Kamis malam, ribuan demonstran menyerbu gedung penyiaran pemerintah
BTV, merusak perabotan, memecahkan jendela juga lampu, dan membakar bagian dari gedung tersebut. Menteri Informasi Bangladesh mengatakan kepad
a BBC bahwa siaran dihentikan dan sebagian besar karyawan telah dievakuasi dari gedung di ibu kota.
Sebelumnya,
BTV memperingatkan di halaman Facebook resmi mereka bahwa “banyak orang” terjebak di dalam gedung dan meminta bantuan dari dinas pemadam kebakaran. Seorang wartawan senior
BTV mengatakan, “Situasinya sangat buruk sehingga kami tidak punya pilihan lain selain meninggalkan tempat itu. Beberapa rekan kami terjebak di dalam, dan kami tidak tahu apa yang terjadi pada mereka.”
Perdana Menteri Sheikh Hasina muncul di televisi pada Rabu malam, mengimbau semua pihak untuk tenang setelah berhari-hari protes kekerasan yang telah menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai ratusan lainnya.
Para mahasiswa menggelar demonstrasi menuntut perubahan sistem perekrutan pegawai negeri yang mencadangkan sepertiga dari pekerjaan sektor publik untuk keluarga veteran perang kemerdekaan 1971. Mereka menganggap sistem ini diskriminatif dan meminta perekrutan berdasarkan prestasi.
Pemerintah berusaha memadamkan protes dengan mematikan internet seluler pada Kamis. Namun, tindakan ini justru menyebabkan hari paling mematikan, dengan laporan dari
AFP yang menyebutkan sebanyak 32 orang tewas selama protes. BBC Bengali mengkonfirmasi 19 kematian, termasuk 13 pada Kamis, dengan salah satu korban adalah jurnalis berusia 32 tahun dari Dhaka Times.
Sheikh Hasina mengutuk kematian para pengunjuk rasa sebagai “pembunuhan” dalam pidatonya di televisi, namun pernyataannya diabaikan oleh pengorganisir protes yang menolak tawaran pembicaraan dari pemerintah.
“Pemerintah telah membunuh begitu banyak orang dalam satu hari sehingga kami tidak dapat mengikuti diskusi apapun dalam situasi saat ini,” kata Nahid Iqbal, pemimpin protes anti-kuota. Mahasiswa lainnya, Aleem Khan, mengatakan kepada
BBC.
“Perdana Menteri meminta diakhirinya kekerasan di satu sisi, sementara di sisi lain, menyerang para mahasiswa dengan menggunakan kelompok-kelompok pro-partai yang berkuasa dan polisi,” imbuh Khan.
Pada Kamis, gas air mata dan peluru karet dikerahkan oleh petugas saat mahasiswa membuat blokade manusia di jalan-jalan. Beberapa mahasiswa menyerbu
BTV dan membakar kantor polisi.
Di tempat lain,
BBC Bengali berbicara dengan sekelompok mahasiswa kedokteran yang berlindung di dalam kompleks perguruan tinggi kedokteran setelah diserang oleh kelompok pro-partai yang berkuasa.
Salah satu mahasiswa, Sumi, mengatakan, “Saya di sini untuk memprotes diskriminasi di kalangan pegawai negeri dan sekarang begitu banyak mahasiswa yang dibunuh oleh polisi, saya juga memprotes hal itu. Protes kami damai, tapi cara kami diserang membuat saya merasa seperti akan dibunuh oleh kelompok-kelompok pro-penguasa.”
(Shofiy Nabilah)