Suasana malam usai bencana banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Foto: Istimewa
Fajri Fatmawati • 5 December 2025 11:41
Aceh Tamiang: Kabupaten Aceh Tamiang tenggelam dalam kesunyian yang mencekam akibat banjir bandang yang melanda wilayah tersebut. Gelap pekat menyelimuti pemukiman dan listrik masih menjadi mimpi yang tertunda.
Sepanjang jalan masuk ke wilayah terdampak, pemandangan yang tersaji bak potret dari masa lalu yang kelam. Suasana hening itu mengingatkan banyak orang pada trauma tsunami 2004 silam.
Seolah-olah denyut kehidupan terhenti. Rumah-rumah berdiri diam dalam kegelapan, pertokoan terkunci, dan tanda-tanda aktivitas sehari-hari hampir tak ditemui.
Sisa-sisa amukan banjir bandang masih terpampang nyata di setiap sudut. Jalanan, meski telah bisa dilalui, dipenuhi lapisan lumpur yang masih basah dan coretan-coretan bekas arus air.
Puluhan
kendaraan mulai dari sepeda motor hingga mobil teronggok tak berdaya di bahu jalan, tubuhnya penyok dan penuh lumpur, menjadi monumen bisu atas kekuatan bencana yang melanda.
"Hancur sekali, seperti kota mati, beda jauh dengan sebelumnya. Yang paling menyedihkan, logistik banyak yang tidak sampai ke warga yang membutuhkan," ujar warga Aceh Tamiang, Vina kepada
Metrotvnews.com, Jumat, 5 Desember 2025.

Suasana Aceh Tamiang di malam hari. (Dokumentasi/ Metro TV)
Kendala distribusi bantuan logistik masih menjadi masalah utama. Akses ke sejumlah desa terpencil masih terhambat akibat
jembatan yang putus dan jalan yang rusak parah.
Kabupaten Aceh Tamiang menjadi wilayah terdampak paling luas, dengan seluruh kota tertutup lumpur. Kerusakan infrastruktur parah, termasuk putusnya tiga jembatan di ruas Bireuen–Banda Aceh, membuat pemulihan konektivitas darat menjadi tantangan besar.