Maman Supratman saat sidang disertasi di Institut Teknik Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat.
Medcom • 11 February 2025 15:33
Jakarta: Perlu penanggulangan banjir berbasis alam di kawasan kemang. Sebab sejak 2002-2023, 30 persen kawasan vegetasi menjadi permukiman.
Ketua Sub Kelompok Pengendalian dan Penyediaan Air Bersih Bidang Geologi Konservasi Air Dinas SDA DKI Jakarta, Maman Supratman mengatakan perlu dibangun tampungan air di tiap bangunan, air bisa menjadi rainwater harvesting.
"Tampungan air ini disebut underground storage dan underground retention atau rooftop storage," kata Maman saat sidang disertasi di Institut Teknik Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat.
Dalam disertasinya yang berjudul Potensi Pengurangan Resiko Banjir Melalui Pengembangan Infrastruktur Tata Kelola Air di Kawasan Kemang dan Pondok Karya, Maman mengungkap sejumlah kebijakan yang bisa menjadi solusi buat mengatasi banjir di Kemang.
Dia mengungkapkan, air hujan bisa ditampung di rooftop storage, kemudian overflow ke underground storage dan overflow lagi ke underground retention, dan sisa runoff mengalir ke drainase kota, sehingga volume air hujan yang masuk ke kali berkurang.
"Dibutuhkan kolaborasi dengan pihak swasta. Hal ini untuk pemanfaatan alam dalam pengelolaan air hujan. Nature Based Solution (NBS)," kata Maman.
Menurut Maman, solusi berbasis alam ini sudah diterapkan negara-negara Eropa, Amerika dan China.
Maman mengatakan, mengatasi banjir jangan hanya fokus pada penanganan dampak. Tapi bagaimana banjir diatasi secara komperhensif. Air harus ditahan di dalam tanah untuk meningkatkan ketahanan dan keberlangsungan kota.
"Pembangunan sumber resapan tidak hanya fokus pada pembangunannya saja tapi bagaimana untuk memaksimalkan fungsi dari sumber resapan tersebut," katanya.
Maman menjelaskan, solusi yang paling memungkinkan adalah membangun embung di pinggir kali. Jadi air kali yang penuh bisa dilimpahkan ke embung.
"Setidaknya harus dibangun delapan embung. Satu embung dapat mengurangi resiko banjir sebesar 12 persen," ujarnya.