Tim arung jeram Banda Aceh. Foto: Istimewa
Fajri Fatmawati • 13 November 2025 10:14
Banda Aceh: Kontingen arung jeram Banda Aceh terpaksa mundur dari Pra-Pekan Olahraga Nasional (Pra-PORA) Aceh 2025 di Kabupaten Aceh Selatan. Penyebab utama pengunduran diri ini karena keterbatasan dana operasional yang dinilai tidak memadai untuk menunjang keberangkatan dan akomodasi tim, meskipun persiapan latihan telah dilakukan secara maksimal.
Keputusan untuk tidak berangkat diambil setelah Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kota Banda Aceh hanya menerima anggaran partisipasi sebesar Rp10 juta dari KONI setempat. Besaran dana ini dinilai tidak realistis untuk membiayai perjalanan tim yang terdiri dari tujuh atlet putra, satu pelatih, satu manager, dua ofisial, yang telah berlatih secara intensif selama beberapa bulan terakhir, menuju lokasi lomba di Sungai Menggamat, Aceh Selatan.
Salah satu perwakilan tim arung jeram Banda Aceh, Romy Sahbudin Putra, mengungkapkan kekecewaannya. Ia merinci bahwa biaya transportasi pulang-pergi lintas kabupaten untuk sebelas orang saja sudah sangat besar.
"Belum lagi biaya makan. Dana 10 juta jelas tidak mungkin, kacau kita kalau berangkat," ujar Romy kepada Metrotvnews.com, Rabu, 12 November 2025.
Romy mengungkapkan, beban finansial semakin bertumpuk dengan adanya biaya lain seperti sewa akomodasi, biaya pendaftaran lomba sebesar Rp1 juta, dan uang jaminan kepada panitia sebesar Rp1 juta. Total seluruh kebutuhan diperkirakan jauh melampaui anggaran yang diberikan, sehingga memaksa tim mengambil keputusan sulit untuk mundur.
"Batal, kecewa semua atlet latihan udah rutin. Padahal FAJI Banda Aceh kandidat kuat dapat tiket menuju PORA 2026," jelas Romy.
Pengunduran diri ini secara otomatis menggugurkan partisipasi mereka di semua nomor andalan, termasuk
sprint,
head to head,
slalom, dan
down river race. Pada event serupa sebelumnya, mereka telah mencetak prestasi dengan membawa pulang medali, pada Pra-PORA Aceh Tengah mereka mendapat dua medali perak dan satu perunggu, dan PORA Pidie 2022 mereka dapat tiga medali perunggu.
Kegagalan berangkat kali ini menurut Romy bukan hanya mencoret satu cabor
olahraga dari peta persaingan. Tetapi, memupus harapan para atlet yang telah berkorban dan berlatih keras untuk mengharumkan nama daerah.
Sementara itu, Ketua Cabor FAJI Pengcab Kota Banda Aceh, Wardhana Prasetya, mengonfirmasi keputusan tersebut. Ia menyatakan proposal anggaran telah diajukan sesuai kebutuhan riil tim, namun alokasi yang diberikan tidak proporsional.
“Dana Rp10 juta itu harus mencakup transportasi, konsumsi, administrasi, dan akomodasi selama 10 hari untuk 11 orang. Jelas tidak cukup. Akhirnya, dengan berat hati kami memutuskan tidak berangkat,” ujar Wardhana saat dikonfirmasi secara terpisah.
Wardhana juga menyoroti ketidaksesuaian antara alokasi dana ini dengan total anggaran pembinaan olahraga KONI Banda Aceh untuk persiapan Pra-PORA yang disebutkannya mencapai Rp1 miliar. Ia merasa kecewa karena para atlet telah berlatih keras, bahkan menggunakan dana pribadi, namun kesempatan tampil pupus akibat dukungan dana yang tidak layak.
“Kalau pola seperti ini terus berulang, sulit bagi olahraga Banda Aceh untuk berkembang, apa lagi target PORA juara umum itu mimpi di siang bolong. Atlet butuh dukungan nyata, bukan sekadar janji,” tegasnya.
Menurutnya, kejadian ini mencerminkan kurangnya perhatian dan pemerataan pembinaan terhadap seluruh cabor Pra Pora di Banda Aceh. Ia berharap Pemkot melalui Dispora harus mengawasi KONI Banda Aceh agar lebih terbuka, transparan, dan bijak dalam mengelola anggaran hibah agar setiap cabor mendapatkan porsi yang adil dan bisa berlaga di
event Pra-PORA.