Kamboja Desak Gencatan Senjata Segera, Thailand Belum Merespons

Seorang prajurit Thailand bersiaga di dekat perbatasan Kamboja. (Anadolu)

Kamboja Desak Gencatan Senjata Segera, Thailand Belum Merespons

Willy Haryono • 26 July 2025 08:29

Phnom Penh: Kamboja menyerukan gencatan senjata segera dengan Thailand setelah terjadinya dua hari bentrokan lintas perbatasan antara dua negara bertetangga di Asia Tenggara tersebut.

Mengutip dari BBC, Sabtu, 26 Juli 2025, Duta Besar Kamboja untuk PBB Chhea Keo mengatakan bahwa negaranya meminta gencatan senjata “tanpa syarat” serta mendesak penyelesaian damai atas sengketa yang sedang berlangsung.

Thailand belum memberikan komentar resmi terkait usulan gencatan senjata ini. Sebelumnya, Thailand telah menetapkan status darurat militer di delapan distrik yang berbatasan langsung dengan Kamboja.

Sedikitnya 16 orang tewas dan puluhan ribu lainnya mengungsi di kedua negara. Kamboja dan Thailand saling menuding sebagai pihak pertama yang melepaskan tembakan pada Kamis lalu.

Pelaksana tugas Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, pada Jumat kemarin memperingatkan bahwa bentrokan ini “bisa berkembang menjadi perang.” Ia menyebut bahwa konflik kini melibatkan senjata berat dan telah meluas ke 12 titik di sepanjang perbatasan.

Thailand juga menuduh pasukan Kamboja menembaki wilayah sipil dan telah mengevakuasi semua desa yang masuk dalam jangkauan roket.

Sebaliknya, Kamboja menuduh Thailand menggunakan amunisi tandan—jenis senjata yang dilarang di banyak negara karena dampaknya yang tidak pandang bulu terhadap warga sipil. Thailand belum memberikan tanggapan atas tuduhan ini.

Di sisi lain, meski sejumlah pemimpin dunia menyerukan gencatan senjata segera, Menteri Luar Negeri Thailand kepada kantor berita Reuters menyatakan bahwa pihaknya “tidak memerlukan” mediasi dari pihak ketiga.

Konflik Lebih dari Seabad

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim yang saat ini menjabat sebagai Ketua ASEAN, sebelumnya telah menawarkan diri untuk memfasilitasi dialog antara kedua negara.

Amerika Serikat (AS) juga menyerukan “penghentian permusuhan dengan segera, perlindungan terhadap warga sipil, dan penyelesaian damai atas konflik ini.”

Thailand melaporkan bahwa 14 warga sipil dan satu prajurit tewas di wilayah Surin, Ubon Ratchathani, dan Srisaket. Sementara itu, otoritas provinsi di Kamboja menyebutkan sedikitnya satu warga sipil meninggal dunia.

Menurut Thailand, konflik dipicu penggunaan drone oleh militer Kamboja untuk mengawasi pergerakan pasukan Thailand di dekat perbatasan. Kamboja membantah, dan menuduh Thailand lebih dulu melanggar kesepakatan sebelumnya dengan bergerak mendekati sebuah kuil Khmer-Hindu di perbatasan.

Perselisihan antara kedua negara berakar pada konflik perbatasan yang telah berlangsung lebih dari seabad, sejak masa pendudukan Prancis di wilayah Kamboja. Selama bertahun-tahun, bentrokan sporadis sempat terjadi dan menelan korban jiwa dari kedua belah pihak, baik tentara maupun warga sipil.

Ketegangan terbaru meningkat sejak Mei lalu, ketika seorang prajurit Kamboja tewas dalam sebuah bentrokan, membuat hubungan bilateral kedua negara memburuk ke titik terendah dalam lebih dari satu dekade.

Baca juga:  Dubes RI dapat Penjelasan dari Menlu Kamboja Terkait Keamanan Perbatasan dengan Thailand

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)