Menlu Tiongkok Wang Yi. (EPA-EFE)
Menlu Tiongkok Lega Thailand dan Kamboja Akhirnya Sepakati Gencatan Senjata
Willy Haryono • 29 December 2025 15:21
Beijing: Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menyampaikan kelegaannya atas tercapainya gencatan senjata antara Kamboja dan Thailand setelah konflik perbatasan yang berlangsung selama 20 hari.
“Berkat upaya berbagai pihak, militer Thailand dan Kamboja telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dan mengambil langkah pertama menuju perdamaian. Tiongkok merasa lega atas hal ini,” kata Wang Yi saat bertemu Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow di Yuxi, Provinsi Yunnan, Minggu, dalam keterangan di laman Kementerian Luar Negeri Tiongkok yang dikutip Antara, Senin, 29 Desember 2025.
Pertemuan Wang Yi dengan Sihasak dilakukan terpisah dari pertemuannya dengan Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn, yang digelar di lokasi dan hari yang sama.
Pertemuan tersebut berlangsung sehari setelah Thailand dan Kamboja mencapai gencatan senjata pada Sabtu lalu, mengakhiri bentrokan bersenjata yang memaksa hampir satu juta warga sipil mengungsi dari wilayah perbatasan yang disengketakan.
“Setelah suara tembakan berhenti, diplomasi seharusnya tampil ke depan. Pemulihan perdamaian adalah harapan rakyat dan juga harapan semua pihak,” ujar Wang Yi.
Ia menegaskan bahwa upaya Tiongkok dalam mendorong dialog dan rekonsiliasi tidak pernah dimaksudkan untuk memaksakan kehendak atau mengambil alih peran pihak lain. Sebaliknya, Tiongkok ingin menyediakan ruang dialog yang leluasa agar para pihak dapat memperdalam komunikasi dan menyelesaikan perbedaan secara damai.
“Tiongkok yakin bahwa selama Thailand dan Kamboja berkomunikasi secara setara dan melangkah maju bersama, tidak akan ada rintangan yang tak teratasi,” kata Wang Yi.
Menurutnya, Tiongkok akan terus membantu kedua negara membangun kembali perdamaian, mendukung ASEAN menjalankan peran yang semestinya, bersedia membantu misi pengamat ASEAN dalam memantau gencatan senjata, serta siap memberikan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Thailand dan Kamboja yang membutuhkan.
Wang Yi juga menyatakan bahwa Tiongkok sangat menaruh perhatian terhadap ketegangan di perbatasan Thailand–Kamboja dan prihatin atas jatuhnya korban sipil serta pengungsian massal akibat konflik tersebut.
“Sebagai tetangga yang bersahabat, Tiongkok paling tidak ingin melihat konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja, dan paling berharap kedua negara dapat kembali berdamai,” ujarnya.
Satu Tiongkok
Terkait hubungan bilateral, Wang Yi mengatakan bahwa saling percaya dan saling mendukung merupakan ciri utama hubungan Tiongkok–Thailand. Ia menyampaikan apresiasi atas komitmen Thailand terhadap prinsip “satu Tiongkok” dan penolakannya terhadap “Kemerdekaan Taiwan”, yang dinilai mencerminkan dukungan kuat Thailand terhadap upaya Tiongkok menjaga kedaulatan nasional dan keutuhan wilayahnya.Sementara itu, Menlu Thailand Sihasak menyatakan bahwa hubungan Thailand–Tiongkok telah terjalin lama dan dalam beberapa tahun terakhir berkembang menjadi kemitraan strategis komprehensif.
“Kami sangat mengapresiasi upaya positif Tiongkok yang, dengan cara Asia, turut menengahi konflik Thailand–Kamboja. Perjanjian gencatan senjata yang baru saja ditandatangani merupakan sebuah awal yang baru,” katanya.
Menurut Sihasak, kekerasan bukanlah pilihan Thailand dalam menjalin hubungan dengan negara tetangga. Ia menegaskan komitmen Thailand untuk menjaga gencatan senjata yang berkelanjutan dan mengejar perdamaian jangka panjang.
Gencatan Senjata Thailand-Kamboja
Dalam perjanjian gencatan senjata, Thailand dan Kamboja sepakat menghentikan seluruh aksi permusuhan, tidak melakukan tembakan tanpa provokasi, pergerakan pasukan, maupun manuver menuju posisi lawan. Kedua negara juga sepakat mempertahankan jumlah pasukan yang ada dan tidak mengirim bala bantuan tambahan ke wilayah perbatasan.Sebagai bagian dari kesepakatan, Thailand menyatakan akan memulangkan 18 tentara Kamboja yang ditahan sejak Juli, setelah gencatan senjata berjalan penuh selama 72 jam tanpa pelanggaran.
Pada Minggu kemarin, baik Thailand maupun Kamboja melaporkan situasi perbatasan tetap tenang, meski masih terpantau adanya pergerakan terbatas di sejumlah titik.
Sekitar 99 orang dilaporkan tewas selama 20 hari bentrokan sejak konflik kembali pecah pada 8 Desember 2025. Otoritas Thailand menyebutkan 26 prajurit dan satu warga sipil Thailand tewas, sementara 41 warga sipil lainnya meninggal akibat dampak tidak langsung konflik. Kementerian Dalam Negeri Kamboja melaporkan sedikitnya 31 warga sipil Kamboja turut menjadi korban jiwa.
Thailand dan Kamboja memiliki sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama dan kerap memicu kekerasan, termasuk bentrokan besar pada Juli 2025 yang menewaskan sedikitnya 48 orang.
Baca juga: Konflik Mereda, Thailand dan Kamboja Mulai Berlakukan Gencatan Senjata