Perayaan Natal di Betlehem Cenderung Sepi Tanpa Pohon dan Hiasan

Perayaan Natal di Bethlehem, Tepi Barat, berlangsung relatif sepi di tahun 2024. (Anadolu Agency)

Perayaan Natal di Betlehem Cenderung Sepi Tanpa Pohon dan Hiasan

Willy Haryono • 25 December 2024 21:02

Betlehem: Di kota kecil Betlehem, perayaan Natal tahun ini hampir tidak terdengar. Sejumlah warga berparade di jalan-jalan kota Bethlehem, tetapi tanpa membawa alat musik tradisional seperti drum, terompet, dan bagpipe.

Tidak ada hitungan mundur yang meriah untuk menyalakan pohon Natal di alun-alun utama. Bahkan, tidak ada pohon Natal sama sekali.

Betlehem menjalani perayaan Natal suram kali kedua sejak pecahnya perang di Gaza — membuat para pemimpin agama dan penduduk bergulat dengan cara merayakan hari raya itu, sementara sesama warga Palestina terus terbunuh oleh serangan Israel.

“Betlehem adalah ibu kota Natal. Ini seharusnya menjadi waktu terbaik tahun ini. Semua itu tidak terjadi karena kita sedang berduka,” kata Pendeta Munther Isaac, pendeta Gereja Natal Lutheran Injili Betlehem, kepada NBC News, Rabu, 25 Desember 2024.

Di sebelah altar tempat Isaac menyampaikan khotbah, terdapat adegan Kelahiran Yesus yang tidak biasa: Untuk Natal kedua berturut-turut, bayi Yesus dibungkus dengan keffiyeh, syal tradisional Palestina, dan diletakkan di atas tumpukan puing.

Adegan ini berfungsi sebagai pengingat ribuan anak Palestina yang terbunuh dalam serangan Israel selama perang, kata Isaac. "Kami melihat Yesus dalam diri setiap anak yang ditarik dari bawah puing-puing di Gaza."

Selain penderitaan di Gaza, Betlehem menghadapi tantangannya sendiri.

Perekonomian Bethlehem sangat bergantung pada pariwisata, tetapi hanya sedikit turis asing yang datang ke kota di Tepi Barat itu di tengah perang yang dipicu serangan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023. Hal itu memperparah kesengsaraan ekonomi yang dimulai dengan pandemi Covid-19, yang juga menghancurkan industri pariwisata.

"Sejujurnya, kondisi ini memprihatinkan,” kata Rony Tabash, yang keluarganya telah menjalankan bisnis toko suvenir di dekat Gereja Kelahiran Yesus selama hampir satu abad.

"Tidak ada peziarah, tidak ada turis,” ucapnya. Pada titik terburuk, ia mengatakan ia telah dua bulan tidak mendapatkan satu penjualan pun.

Sementara itu, tembok yang dibangun Israel mengelilingi sebagian Betlehem, memisahkannya dari Yerusalem dan menghambat pembangunan rumah serta pertumbuhan perkotaan.

Israel mengatakan tembok tersebut merupakan langkah keamanan yang diperlukan untuk menghentikan bom bunuh diri. Namun pada tahun 2004, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa tembok tersebut ilegal menurut hukum internasional.

Kesulitan tersebut berarti banyak anak muda meninggalkan Betlehem dan pindah ke luar negeri untuk mencari masa depan yang lebih baik — menimbulkan kekhawatiran bahwa komunitas Kristen di kota tempat agama tersebut lahir akan menyusut dan mungkin suatu hari menghilang.

"Kami sangat, sangat khawatir," kata Isaac. "Ini sudah melewati titik berbahaya,” tuturnya.

Baca juga:  Kisah Suram Penjual Souvenir di Bethlehem Jelang Natal 2024

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)