Ekonom: Pengembangan Bioethanol Harus dengan Harga Terjangkau

Ilustrasi biodiesel. Foto: Dokumen Kementerian ESDM

Ekonom: Pengembangan Bioethanol Harus dengan Harga Terjangkau

Achmad Zulfikar Fazli • 21 December 2024 17:14

Jakarta: Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, mengatakan pengembangan bioethanol harus dilakukan untuk mendukung transisi energi. Namun, harga jual bioethanol harus terjangkau masyarakat.

“Nah, dalam kondisi creating market, salah satunya adalah dengan harga yang terjangkau masyarakat. Kalau harga bioethanol terlalu mahal, lama-lama masyarakat kosong. Tak ada yang mau beli,” kata Tauhid, Jakarta, Sabtu, 21 Desember 2024.

Menurut Tauhid, pemerintah harus ’berkorban’. Selain meniadakan pajak ethanol yang akan digunakan sebagai bahan bakar nabati (BBN), pemerintah bisa memberikan subsidi dan berbagai insentif agar harga bioethanol terjangkau. 

Hal lain yang bisa dilakukan untuk menciptakan pasar bioethanol, kata Tauhid, adalah mendorong lingkungan bisnis menggunakan BBN. Tauhid mencontohkan, jika perusahaan ingin memperoleh sertifikat ESG, kendaraan operasional harus menggunakan bioethanol. 

Menurut dia, cara itu akan mendorong penggunaan bioethanol sehingga pasarnya akan membesar. Dia juga mendukung perlunya diversifikasi bahan baku. Upaya tersebut bisa dilakukan, agar bioethanol bisa diproduksi dengan harga jual yang terjangkau.

“Bisa saja diversifikasi, asal perhitungan ekonominya masuk. Selain itu, pabrik etanolnya tidak jauh dari lahan bahan baku sehingga biaya transportasi juga bisa ditekan,” ujar Tauhid.
 

Baca Juga: 

Pemprov Jateng Gencarkan Ekonomi Sirkular dan Transisi Energi


Pemerintah menyatakan keseriusan dalam pengembangan bioetanol sebagai BBN. Selain memastikan ethanol yang digunakan untuk keperluan bahan bakar tidak akan dikenakan cukai, upaya juga dilakukan melalui penekanan harga produksi. 

Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi Kementerian ESDM Efendi Manurung, menyampaikan pemerintah tidak menutup kemungkinan akan memberi dukungan mulai dari hulu. Antara lain pembibitan tebu dan pemupukan.

“Keseriusan itu artinya, harganya bisa kita tekan kalau kita berikan dukungan mulai dari hulu, pembibitan, pemupukan, unit produksi dan sebagainya. Sehingga nanti di produk akhir, harganya bisa lebih kompetitif dengan harga BBM fosil yang disubsidi,” ujar Efendi.

Efendi mengatakan dukungan tersebut berupa subsidi pada setiap tahapan prosesnya. Subsidi diberikan mulai hulu, sehingga mencapai harga keekonomian saat dijual ke pasar. 

Terkait dukungan tersebut, Efendi mengatakan, posisi pemerintah masih menerima semua masukan, baik dalam bentuk hasil riset maupun pendapat ahli. 

“Kita masih mendorong riset-riset bioetanol generasi kedua, ketiga dan seterusnya,” ujar Efendi.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, memastikan ethanol yang digunakan untuk keperluan bahan bakar tidak akan dikenakan cukai.

“Jadi kemarin dengan Kementerian Keuangan masalah cukai itu kalau digunakan untuk fuel sudah jelas nggak, tanpa cukai. Jadi sudah jelas tanpa cukai,” kata Eniya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)