McDonald. Foto: Unsplash.
Riyadh: Selama dua kuartal berturut-turut, merek makanan cepat saji terbesar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan penjualan yang terkena dampak boikot konsumen di Timur Tengah.
McDonald's mengatakan pekan lalu, mereka terkena dampak penjualan akibat perang yang sedang berlangsung di Timur Tengah di restoran-restoran di wilayah tersebut.
"Dampaknya cukup besar melebihi peningkatan penjualan di Jepang, Eropa, dan Amerika Latin," kata CFO McDonald Ian Borden dalam laporan pendapatan kuartal pertama perusahaan, dilansir
Business Insider, Selasa, 7 Mei 2024.
Penjualan toko yang sama di segmen tersebut, yang terdiri dari restoran yang memiliki izin kepada pihak ketiga dan bukan lokasi milik perusahaan, turun 0,2 persen.
Merek-merek Amerika mulai dari Domino's hingga Golden Arches mulai merasakan dampak boikot tidak lama setelah invasi Israel ke Gaza pada Oktober lalu.
Beberapa konsumen di Timur Tengah dan belahan dunia lain telah menghindari merek yang terkait dengan Amerika Serikat, dengan alasan dukungan Amerika terhadap Israel.
Meskipun penjualan di Timur Tengah mewakili persentase kecil dari keseluruhan pendapatan sebagian besar merek besar, dampaknya masih terus berlanjut selama beberapa bulan terakhir.
"Kami tidak memperkirakan akan ada perbaikan berarti sampai perang usai," kata CEO McDonald’s Chris Kempczinski.
Permasalahan Starbucks
CFO Starbucks Rachel Ruggeri mengatakan permasalahan di Timur Tengah berdampak buruk pada penjualan internasional pada kuartal kedua.
Penjualan toko serupa di luar negeri turun enam persen selama kuartal kedua, sebagian disebabkan oleh penurunan penjualan di Timur Tengah serta di wilayah lain di dunia, seperti Tiongkok.
"Penjualan serupa di Amerika Utara, yang turun tiga persen mungkin juga terpuruk karena opini konsumen tentang perusahaan tersebut dan perannya di Timur Tengah," tulis analis di Bank of America.
Para analis menulis narasi media sosial seputar posisi Starbucks di Timur Tengah mungkin menjadi pendorong utama penurunan penjualan di AS.
Kekuatan jejaring media sosial
Banyak upaya boikot yang mengandalkan media sosial menyebarkannya,seperti aplikasi yang memungkinkan peminum kopi menemukan kafe lain di dekat lokasi Starbucks.
CEO Starbucks Laxman Narasimhan mengatakan kejadian di Timur Tengah bahkan meyakinkan beberapa pelanggan di Amerika untuk menjauhi kedai Starbucks.
Boikot tersebut juga memengaruhi penjualan di Pizza Hut dan KFC yang keduanya dioperasikan oleh Yum! Brand. Penjualan di toko yang sama di KFC, misalnya, turun dua persen selama kuartal pertama perusahaan.
“Waktu biasanya merupakan jawaban terhadap sebagian besar permasalahan tersebut,” kata CEO KFC David Gibbs.