Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pimpin doa untuk Ebrahim Raisi. Foto: IRNA
Fajar Nugraha • 22 May 2024 16:05
Teheran: Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memimpin prosesi pemakaman mendiang presiden negara itu, menteri luar negeri dan orang lain yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada Minggu 19 Mei 2024.
Ayatollah Ali Khamenei memimpin salat di Universitas Teheran, di mana peti mati yang membawa jenazah dibungkus dengan bendera Iran.
Presiden Ebrahim Raisi tewas bersama Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian dan enam orang lainnya dalam kecelakaan helikopter di dekat perbatasan dengan Azerbaijan.
Pihak berwenang telah memperingatkan terhadap demonstrasi menentang prosesi pemakaman dan penghinaan yang diposting secara online.
“Ya Allah, kami tidak melihat apa pun selain kebaikan darinya,” kata Ayatollah Khamenei dalam doa bagi mereka yang meninggal dalam bahasa Arab, seperti dikutip dari IRNA, Rabu 22 Mei 2024.
Penjabat presiden Iran, Mohammad Mokhber, berdiri di dekatnya dan menangis secara terbuka selama doa tersebut.
Orang-orang kemudian membawa peti mati di bahu mereka, dan teriakan “Matilah Amerika” terdengar di luar.
Mereka memasukkannya ke dalam trailer untuk prosesi melalui pusat kota Teheran ke Lapangan Azadi, tempat Raisi pernah berpidato.
Hadir pula para pemimpin paramiliter Garda Revolusi Iran, salah satu pusat kekuatan utama di negara itu.
Yang juga turut hadir adalah Ismail Haniyeh dari Hamas, kelompok militan yang dipersenjatai dan didukung Iran selama perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung.
Haniyeh secara luas dianggap sebagai pemimpin Hamas secara keseluruhan dan telah menjadi anggota terkemuka gerakan tersebut sejak tahun 1980. Departemen Luar Negeri AS menetapkan dia sebagai teroris pada tahun 2018.
“Saya datang atas nama rakyat Palestina, atas nama faksi perlawanan di Gaza untuk menyampaikan belasungkawa kami,” kata Haniyeh.
Dia juga menggambarkan pertemuannya dengan Raisi di Teheran selama bulan Ramadan, bulan suci puasa umat Islam.
Dia mengatakan, mendengar Presiden Raisi mengatakan bahwa ‘masalah Palestina’ tetap menjadi salah satu masalah utama dunia Muslim, yang “harus memenuhi kewajiban mereka kepada Palestina untuk membebaskan tanah mereka”.
Dia juga mengklaim bahwa Raisi menyebut serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel, yang menewaskan 1.200 orang dan 250 lainnya disandera, sebagai "gempa bumi di jantung entitas Zionis".
Turut diharapkan menghadiri doa di Teheran adalah Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dan delegasi Taliban Afghanistan, termasuk Menteri Luar Negeri Amir Khan Mutaqqi.
Pemerintahan teokrasi Iran mengumumkan lima hari berkabung atas kecelakaan yang terjadi pada Minggu, dan mendorong masyarakat untuk menghadiri sesi berkabung publik.
Biasanya, pegawai pemerintah dan anak-anak sekolah menghadiri acara-acara tersebut secara massal, sementara yang lain mengambil bagian karena patriotisme, rasa ingin tahu, atau untuk menyaksikan peristiwa bersejarah.
Bagi teokrasi Syiah Iran, demonstrasi massal sangat penting untuk menunjukkan legitimasi kepemimpinan mereka sejak jutaan orang memadati jalan-jalan di Teheran untuk menyambut Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini pada tahun 1979 selama Revolusi Islam, dan juga menghadiri pemakamannya 10 tahun kemudian.
Diperkirakan satu juta orang hadir pada tahun 2020 untuk prosesi mendiang Jenderal Garda Revolusi Qasem Soleimani, yang terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di Bagdad.
Di seluruh ibu kota, spanduk-spanduk besar dikibarkan memuji Raisi sebagai "martir pelayanan", sementara spanduk-spanduk lain mengucapkan "selamat tinggal kepada pelayan orang-orang yang kurang beruntung".
Beberapa warga di Teheran menerima pesan teks yang mendesak mereka untuk menghadiri upacara pada hari Rabu, kantor berita AFP melaporkan.
Rekaman yang disiarkan oleh TV pemerintah menunjukkan jalan-jalan dipenuhi pelayat, banyak di antara mereka membawa gambar Raisi atau bendera Iran.
Upacara pemakaman bagi para pria tersebut dimulai pada hari Selasa di kota Tabriz dan pusat keagamaan Syiah di Qom, di mana ribuan pelayat menghadiri upacara tersebut.
Setelah prosesi hari Rabu di ibu kota, jenazah Raisi akan dipindahkan ke provinsi Khorasan Selatan, sebelum dipindahkan ke kampung halamannya di Mashhad di timur laut.
Dia kemudian akan dimakamkan pada Kamis malam di kota itu setelah upacara pemakaman di kuil Imam Reza.
Raisi, seorang ulama garis keras, adalah tokoh yang sangat memecah belah di Iran. Pada tahun 1980-an, ia mengawasi eksekusi sejumlah aktivis oposisi saat bekerja sebagai jaksa.
Dia melancarkan tindakan keras brutal terhadap para demonstran yang marah atas pembunuhan Mahsa Amini yang berusia 22 tahun pada 2022. Dia meninggal tiga hari setelah dia ditahan oleh polisi moral di ibu kota karena diduga melanggar aturan ketat Iran yang mengharuskan perempuan menutupi rambut mereka dengan penutup kepala atau jilbab.
Namun pandangan ultra-konservatifnya mendapat dukungan dari para pendukung rezim, dan Raisi dipandang sebagai calon penerus Ayatollah Khamenei.