Warga Suriah bersorak-sorai merayakan tumbangnya rezim Bashar al-Assad. (Anadolu)
Willy Haryono • 9 December 2024 18:56
Damaskus: Pada waktu subuh setempat, oposisi di Suriah berhasil mengambil alih pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dalam sebuah langkah yang mengejutkan dunia. Proses penggulingan ini terjadi dengan sangat cepat, dan yang lebih penting, berlangsung secara damai tanpa adanya perang berdarah di area ibu kota.
Berbeda dengan konflik berdarah di tahun 2011, transisi kali ini menjadi momen yang dirayakan sebagian besar penduduk Suriah. Mereka menyambut perubahan ini dengan penuh harapan, terutama karena tidak ada korban sipil yang jatuh dalam peristiwa tersebut.
Jalanan Damaskus sempat sepi selama beberapa jam, namun segera dipenuhi warga yang merayakan kemenangan ini dengan simbol-simbol perdamaian.
KBRI Damaskus melaporkan bahwa sekitar 1.146 warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Suriah berada dalam kondisi aman. Hingga saat ini, tidak ada laporan mengenai korban luka atau cedera di antara mereka. KBRI Damaskus juga telah mengeluarkan imbauan evakuasi sebagai langkah antisipasi, namun proses ini masih menunggu koordinasi lebih lanjut.
Pasca tumbangnya rezim Bashar al-Assad, aktivitas warga lokal perlahan mulai berjalan kembali. Beberapa toko, pasar, dan layanan publik sudah beroperasi, meski belum sepenuhnya normal seperti biasa.
Situasi di Damaskus masih diwarnai kehati-hatian, namun optimisme akan masa depan yang lebih baik terlihat jelas di wajah masyarakat.
Dengan berakhirnya era Bashar al-Assad, Suriah kini memasuki babak baru yang diharapkan dapat membawa stabilitas dan perdamaian jangka panjang bagi seluruh rakyatnya.
(Penulis: Muhammad Setia, Mahasiswa Universitas Biladus-Syam Damaskus, Suriah)
Baca juga: Runtuhnya Rezim Assad dan Reaksi Negara-Negara Dunia