Pelemahan Dolar AS Ungkit Harga Minyak Naik

Ilustrasi. Foto: Unplash

Pelemahan Dolar AS Ungkit Harga Minyak Naik

Annisa Ayu Artanti • 1 July 2024 09:52

Jakarta: Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Senin, diuntungkan oleh dolar AS yang lebih lemah karena data inflasi baru-baru ini. Hal tersebut membuat para pedagang meningkatkan spekulasi Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada September.
 
Namun kenaikan yang lebih besar tertahan oleh kekhawatiran atas importir utama Tiongkok, setelah data yang dirilis pada akhir pekan menunjukkan aktivitas bisnis di negara tersebut masih rapuh.
 
Melansir Investing.com, Senin, 1 Juli 2024, harga minyak Brent berjangka yang akan berakhir pada September naik 0,3 persen menjadi USD85,29 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,4 persen menjadi USD81,84 per barel pada pukul 21.10 WIB (01.10 GMT).
 
Kedua kontrak tersebut mengalami kenaikan besar hingga Juni karena gejolak geopolitik di Timur Tengah dan Rusia mendorong kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan, yang membuat para pedagang memberikan premi risiko yang lebih besar pada minyak mentah.

Minyak diuntungkan oleh pelemahan dolar AS

Indeks dolar turun sekitar 0,2 persen di perdagangan Asia, memperpanjang penurunan dari Jumat setelah indeks harga PCE, yang merupakan pengukur inflasi pilihan Fed menunjukkan inflasi sedikit menurun di Mei.
 
Angka ini mendorong beberapa optimisme inflasi AS mendingin, dan membuat para pedagang meningkatkan taruhan pada penurunan suku bunga 25 basis poin di September, yang membebani greenback.
 
Baca juga: 

Harga Minyak WTI Turun, Brent Naik

 
Dolar AS yang lebih lemah menguntungkan permintaan minyak dengan membuat komoditas ini lebih murah bagi pembeli internasional. Hal ini juga meningkatkan selera risiko di antara para trader.
 
Fokus minggu ini adalah pada sinyal dari The Fed, dengan Ketua Jerome Powell akan berbicara pada hari Selasa, sementara risalah pertemuan Fed Juni akan dirilis pada hari Rabu.
 
Data utama nonfarm payrolls juga akan dirilis pada hari Jumat, dengan pasar tenaga kerja menjadi pertimbangan utama bagi The Fed dalam menggerakkan suku bunga.
 
Namun, meski ada sinyal positif pada suku bunga, data inventaris yang dirilis pekan lalu menunjukkan bahwa permintaan bahan bakar AS tetap lemah meskipun ada peningkatan perjalanan selama musim panas.

PMI Tiongkok lemah, kekhawatiran permintaan meningkat

Data indeks manajer pembelian yang lemah dari RRT, yang dirilis pada akhir pekan meningkatkan kekhawatiran terhadap importir minyak terbesar di dunia ini.
 
Aktivitas manufaktur di negara ini menyusut selama dua bulan berturut-turut, sementara aktivitas non-manufaktur juga terlihat melemah.
 
Data PMI ini meningkatkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi di negara ini menurun meskipun ada langkah-langkah stimulus baru-baru ini, yang dapat menjadi pertanda buruk bagi permintaan minyak mentah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Annisa Ayu)