Moody's Turunkan Rating Kredit Pengembang Perumahan Tiongkok

Ekonomi China. Foto: Unsplash.

Moody's Turunkan Rating Kredit Pengembang Perumahan Tiongkok

Arif Wicaksono • 12 March 2024 19:08

Beijing: Moody's telah menurunkan peringkat kredit salah satu pengembang perumahan terbesar di Tiongkok, karena lemahnya di sektor properti yang tak kunjung usai.

Pasar real estat Tiongkok sedang menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beberapa pengembang berada di ambang kebangkrutan dan rendahnya harga properti menghalangi konsumen untuk melakukan investasi.
 

baca juga:

Inflasi Tiongkok Naik Pesat di Februari


Vanke, yang sudah lama dianggap stabil secara finansial, adalah salah satu dari beberapa pengembang besar Tiongkok yang mengalami masalah. Moody's menurunkan peringkatnya menjadi "Ba1", yang menunjukkan perusahaan tersebut memiliki risiko kredit yang besar. Kontrak penjualan perusahaan tersebut telah turun sekitar 40 persen menjadi 34,5 miliar yuan hanya dalam dua bulan pertama tahun ini.

"Kami memperkirakan kondisi operasional dan pendanaan yang bergejolak di sektor properti Tiongkok akan terus menyeret kontrak penjualan China Vanke, akses terhadap pendanaan dan likuiditas," kata Moody, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 12 Maret 2024.

Rintangan yang dihadapi perusahaan akan berlanjut selama 12 hingga 18 bulan ke depan. Tidak menutup kemungkinan adanya revisi ke bawah lebih lanjut pada Vanke di masa depan.

Vanke adalah pengembang terbesar kedua di Tiongkok tahun lalu dalam hal penjualan, menurut perusahaan spesialis CRIC. Sahamnya sebagian dimiliki oleh pemerintah kota Shenzhen di Tiongkok selatan, yang pernah dipandang sebagai jaminan soliditas kota tersebut.

Ikuti jejak pengembang properti sebelumnya

Kemunduran tersebut menjadikannya pengembang Tiongkok terbaru yang terjebak dalam krisis yang meningkat di sektor real estate, setelah Evergrande dan Country Garden.

Sektor properti, yang pernah mengalami pertumbuhan pesat selama dua dekade seiring dengan meningkatnya standar hidup di seluruh Tiongkok, telah lama menyumbang lebih dari seperempat PDB negara itu.

Dalam upaya untuk menghidupkan kembali aktivitas, pihak berwenang telah memperkenalkan berbagai langkah insentif dan mengumumkan dukungan negara. Namun upaya-upaya tersebut sejauh ini hanya berdampak kecil pada sektor yang sedang sakit.

Menteri Perumahan Tiongkok Ni Hong mengakui kesulitan dalam menstabilkan pasar. "Perusahaan real estat yang perlu bangkrut harus bangkrut, dan perusahaan yang memerlukan restrukturisasi harus direstrukturisasi," jelas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)