Keluarga korban kecelakaan Jeju Air di hadapan altar penghormatan. Foto: The New York Times
Fajar Nugraha • 1 January 2025 17:05
Muan: Pihak berwenang Korea Selatan (Korsel) menyerahkan jenazah korban kecelakaan Penerbangan 2216 kepada keluarga pada 31 Desember. Kisah pilu terungkap dari kecelakaan nahas yang melibatkan Boeing 737-800 Jeju Air itu.
Penyelidik dari Amerika Serikat (AS), termasuk dari Boeing, tiba di lokasi kecelakaan di Muan barat daya. Sementara pihak berwenang Korea Selatan mulai menilai dua kotak hitam yang diambil dari reruntuhan pesawat yang terbakar.
Pesawat itu membawa 181 orang dari Thailand ke Korea Selatan ketika melakukan panggilan darurat dan mendarat darurat sebelum menabrak pembatas dan terbakar.
Semua orang di dalam pesawat tewas, kecuali dua pramugari yang berhasil diselamatkan dari reruntuhan. Korea Selatan sedang menjalani masa berkabung selama tujuh hari, dengan mengibarkan bendera setengah tiang.
“Satu keluarga kehilangan sembilan anggotanya, termasuk penumpang tertua di pesawat itu, yang melakukan perjalanan luar negeri pertamanya untuk merayakan ulang tahunnya,” demikian dilaporkan penyiar lokal KBC.
Penumpang yang bermarga Bae itu bepergian bersama istrinya, dua putrinya, satu menantu laki-laki, dan empat cucu, termasuk seorang anak berusia lima tahun. Mereka bepergian setelah Bae baru saja merayakan ulang tahun ke-80.
Seluruh keluarga tewas, hanya satu dari suami putrinya yang tidak dapat ikut dalam perjalanan itu yang harus menghadapi kehilangan istri dan tiga anaknya.
"Kemarin, kepala desa pergi ke bandara Muan dan mengatakan menantu laki-laki itu sangat putus asa, dengan mengatakan, 'Saya seharusnya pergi bersama mereka dan mati bersama mereka’,” kata KBC, seperti dikutip dari The Straits Times, 1 Januari 2025.
Altar peringatan untuk para korban telah didirikan di seluruh negeri, termasuk di Seoul.
Di Bandara Muan, keluarga mengawasi persiapan altar baru pada 31 Desember, dengan bunga-bunga pemakaman hitam-putih memenuhi area tersebut.
Penjabat Presiden Choi Sang-mok, yang baru menjabat sejak 27 Desember, mengatakan kecelakaan itu merupakan "titik balik" bagi negara itu, dan menyerukan perombakan penuh sistem keselamatan udara.