Presiden Joko Widodo. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Fetry Wuryasti • 20 September 2024 12:47
Jakarta: Masyarakat Indonesia akan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Indonesia akan mengalami kondisi sedikitnya peluang kerja dibandingkan jumlah
pelamar kerja.
Menurut dia, otomasi dan teknologi akan menguasai sejumlah sektor pekerjaan, dan berpotensi menghilangkan pekerjaan yang biasa dilakukan manusia.
Maka Indonesia kini maupun ke depan harus fokus pada penyediaan pasar kerja.
"Ke depan terlalu sedikit peluang kerja untuk sangat banyak tenaga kerja yang membutuhkan," kata Jokowi saat membuka Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024 di Surakarta, Jawa Tengah, dilansir Media Indonesia, Kamis, 20 September 2024.
"
Too few jobs for too many people, ini yang harus kita hindari," kata Jokowi.
Masyarakat jangan larut dengan situasi global
Oleh karena itu, selain fokus pada penyediaan lapangan kerja bagi penduduk, masyarakat diminta tidak larut dengan situasi global, meski harus tetap diikuti perkembangannya.
Jangan sampai, kata Jokowi, rakyat terlalu terbawa oleh skenario ekonomi global. Hal ini mengingat Indonesia yang diprediksi akan mengalami bonus demografi pada sekitar tahun 2030 mendatang.
"Bonus demografi bisa menjadi sebuah kekuatan, tapi bisa juga menjadi beban. Ini tantangan paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak," ungkap Jokowi.
Ilustrasi pencari kerja. Foto: MI/Barry Fatahillah
Tantangan dunia kerja
Dia juga berpesan agar bonus demografi itu menjadi saran membuka kesempatan kerja yang sebesar-besarnya. Kendati memang, harus diakui kini dunia lapangan pekerjaan menghadapi tantangan yang sangat berat.
"Semua negara mengalami tantangan ini," ucap Jokowi.
Beberapa tantanganya, yaitu pertama, perlambatan ekonomi global. Bank Dunia mencatatkan pertumbuhan global hanya berada di 2,7 persen dan diprediksi pada 2024 turun menjadi 2,6 persen dan hanya mungkin sedikit naik di 2025.
Kedua, peningkatan otomasi di berbagai sektor kerja seperti kecerdasan buatan (AI) yang bisa memangkas pekerja orang. Ia menyinggung prediksi 2025 yang menyebutkan 85 juta pekerjaan yang hilang.
Ketiga, gig economy atau ekonomi serabutan yang menurutnya perlu diwaspadai. Menurut dia, perusahaan di masa depan bisa saja lebih menyenangi freelancer ketimbang merekrut pekerja tetap.
"Sehingga kesempatan kerja semakin sempit dan semakin berkurang," ucap Jokowi.