Islamofobia Denmark-Swedia Didakwa Atas Pembakaran Al-Quran

Stockholm: Otoritas Kejaksaan Swedia mengatakan tuduhan tersebut didasarkan pada komentar kebencian terhadap Muslim, Arab, Afrika.

Seorang Islamofobia sayap kanan Denmark-Swedia telah didakwa dengan hasutan terhadap kelompok etnis dan penghinaan karena menodai Al-Quran pada tahun 2022.

Otoritas Kejaksaan Swedia tidak mengidentifikasi tersangka tetapi laporan media mengidentifikasi dia sebagai Rasmus Paludan.

Otoritas kejaksaan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa tuduhan tersebut didasarkan pada komentar kebencian terdakwa terhadap Muslim, Arab, dan Afrika, dan tuduhan tersebut terkait dengan peristiwa di Malmo pada April dan September 2022.

"Jaksa penuntut hari ini mendakwa seorang pria berusia 42 tahun dengan dua tuduhan hasutan untuk kebencian rasial dan satu penghinaan," kata Paludan, seperti dikutip Anadolu, Jumat 9 Agustus 2024.

"Menurut penilaian saya, ada cukup alasan untuk mengajukan tuntutan dan sekarang pengadilan distrik akan mempertimbangkan kasus tersebut," kata Jaksa Senior Adrien Combier-Hogg, yang bertanggung jawab atas penyelidikan awal, dalam pernyataan tersebut.

Tanggal persidangan belum diumumkan, tetapi diperkirakan akan berlangsung selama dua hari.

Paludan memicu kemarahan dan kecaman di seluruh dunia Islam setelah ia membakar Al-Quran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada Januari 2023.

Pengadilan Turki mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi pemimpin sayap kanan tersebut.

Presiden Turki Tayyip Erdogan menyebut protes pembakaran Al-Quran sebagai "protes keji" dan berkata, "Menghina nilai-nilai suci umat Islam bukanlah kebebasan berekspresi."

Menteri luar negeri Turki mengutuk protes tersebut sebagai "tindakan keji."

"Tidak dapat diterima membiarkan tindakan anti-Islam ini dengan dalih kebebasan berekspresi. Menutup mata terhadap tindakan keji seperti itu sama saja dengan terlibat di dalamnya," pungkas Hakan Fidan dalam sebuah pernyataan.