Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat berbicara di Sidang Majelis Umum PBB di New York, AS, 28 September 2024. (Webtv.un)
Willy Haryono • 29 September 2024 01:37
New York: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membicarakan mengenai kepemimpinan global dan kembali menyinggung Bandung Spirit dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS) pada Sabtu, 28 September 2024.
Menlu Retno menegaskan bahwa Bandung Spirit, merujuk pada Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1995, membawa semangat kesetaraan, kerja sama, dan solidaritas.
“Itu adalah semangat yang kita butuhkan, jika kita ingin memiliki kepemimpinan global di mana nilai-nilai moral menjadi kompas urusan kita,” ujar Menlu Retno, dalam pidato yang disiarkan di Webtv.un.
“Jangan mengubur prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional di bawah reruntuhan standar ganda, defisit kepercayaan dan zero-sum game,” tegasnya.
Menurut Menlu Retno, kepemimpinan global tidak akan pernah bisa dicapai melalui dominasi kekuatan dan rasa takut.
Kepemimpinan global disebut Menlu Retno harus dibawa ke dalam konteks membimbing tindakan kolektif dengan mendengarkan, memberdayakan kolaborasi, dan menanamkan harapan. “Inilah yang saya katakan kepemimpinan tanpa hegemoni,” ucapnya.
Untuk mencapai visi kepemimpinan global seperti itu, Menlu Retno memaparkan tiga prioritas kunci.
Pertama, memajukan perdamaian melalui kepemimpinan inklusif. Sistem multilateral harus direformasi. Dewan Keamanan PBB harus menjadi ruang inklusif untuk perdamaian, tempat berbagai suara dapat didengar dan keputusan tepat waktu dapat diambil demi kebaikan bersama.
Kedua, lanjut Menlu Retno, memastikan masa depan yang tangguh untuk kesejahteraan bersama. “Indonesia percaya pada masa depan di mana semua bangsa berkembang, tidak peduli seberapa besar atau kecil,” tegasnya.
“Ketiga, membangun jembatan untuk mendorong kolaborasi global,” lanjut Menlu Retno.
Baca juga: Menlu Retno: Mandat DK PBB Jaga Perdamaian, Bukan Dukung Pelaku Kekejaman