BNI Cetak Laba Rp20,9 Triliun Sepanjang 2023

Menara BNI. Foto: Dokumen BNI

BNI Cetak Laba Rp20,9 Triliun Sepanjang 2023

Annisa Ayu Artanti • 26 January 2024 19:16

Jakarta: PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat laba bersih sepanjang 2023 sebesar Rp20,9 triliun. Capaian itu lebih tinggi 14,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy).
 
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, perusahaan pelat merah itu berhasil membukukan kinerja yang positif dan berkelanjutan seiring berjalannya program transformasi selama tiga tahun terakhir.
 
Melalui program transformasi, perseroan konsisten mendorong penguatan struktur bisnis sehingga lebih siap dalam menghadapi dinamika dan tantangan ekonomi ke depan.
 
"Transformasi tiga tahun terakhir telah menjadi turning point yang memperkuat fondasi bisnis BNI. Kami melihat program transformasi ini lebih dari sekadar inisiatif," kata Royke dalam konferensi pers, Jumat, 26 Januari 2024.
 
Hasil dari transformasi, dijelaskan Royke, telah meningkatkan profitabilitas perusahaan yang terlihat dari rasio Return on Equity (ROE).
 
BNI mencatatkan ROE sebesar 15,2 persen pada 2023, meningkat sebesar 120 basis poin dari posisi 14 persen di tahun 2019.
 

Baca juga: 

Optimistis Sambut 2024, BNI Rencana Buka Dua Kantor Luar Negeri Baru

 
Hasil positif itu diperoleh dari perbaikan fundamental, termasuk kontribusi fee-based income, efisiensi operasional, serta kualitas aset.
 
Sepanjang periode 2020-2023, BNI mampu mencatatkan rata-rata pertumbuhan kredit mencapai 7,9 persen per tahun.
 
Pertumbuhan kredit utamanya berasal dari segmen prospektif berisiko rendah. Segmen ini menghasilkan penurunan profil risiko yang tergambar dari ATMR (Aset Tertimbang Menurut Risiko) untuk risiko kredit yang turun dari 82 persen di tahun 2019 menjadi 73 persen di 2023.

Rincian kredit sepanjang 2023 

Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menyampaikan, kredit sepanjang 2023 tumbuh sebesar 7,6 persen yoy, mencapai Rp695 triliun, yang didorong oleh ekspansi di segmen berisiko rendah, yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, kredit konsumer, dan perusahaan anak.
 
Sementara untuk kredit korporasi blue chip swasta tumbuh 14,3 persen yoy, blue chip BUMN tumbuh 11,8 persen yoy, kredit konsumer tumbuh 13,6 persen yoy, serta Perusahaan anak yang tumbuh 134 persen yoy.
 
"Berdasarkan sektor ekonomi, seluruh sektor secara umum tumbuh positif dengan kontributor terbesar antara lain dari sektor perdagangan, industri manufaktur, energi, dan jasa dunia usaha," kata Novita.
 
Sebagai dampak dari akselerasi kredit di segmen berisiko rendah, kualitas aset terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Loan at Risk (LaR).
 
Rasio NPL pada akhir 2023 telah berada di level 2,14 persen, membaik dibandingkan 2022 yang sebesar 2,81 persen, dan LaR pada 2023 berada di level 12,9 persen juga mengalami perbaikan dari posisi tahun 2022 pada level 16 persen.
 
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2023 tercatat tumbuh 5,4 persen, menjadi Rp810,73 triliun. Rasio Current Account Savings Account (CASA) terpantau kokoh di posisi 71,2 persen.
 
"Tren kenaikan suku bunga acuan mempengaruhi biaya bunga dana (Cost of Fund/CoF) yang memang tengah mengalami tren peningkatan dan fenomena ini terjadi merata di industri perbankan. Namun di tengah kondisi tersebut, CoF dapat dijaga di kisaran 2,2 persen, secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi di atas 3 persen," jelas Novita.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)