Pendanaan Sektor Teknologi Berpotensi Naik di Semester Kedua 2024

Pendanaan startup. Foto: Medcom.id.

Pendanaan Sektor Teknologi Berpotensi Naik di Semester Kedua 2024

Arif Wicaksono • 29 January 2024 18:31

Jakarta: Investor di Indonesia memperkirakan tingkat pendanaan di sektor teknologi akan tetap bergejolak selama enam bulan pertama 2024. Serta berpotensi meningkat pada paruh kedua tahun ini.

Inflasi yang terus-menerus dan ekspektasi akan kenaikan suku bunga dalam jangka waktu yang lama berarti industri ini tidak mungkin mencapai tingkat likuiditas yang berarti seperti yang terjadi dua tahun lalu. Hal ini akan mendorong perusahaan dan investor untuk memprioritaskan profitabilitas.
 

baca juga:

Fintech Diyakini Tetap Relevan di Masa Depan



Mitra umum pendiri B Capital Group, sebuah perusahaan modal ventura (VC) berbasis di AS yang berfokus pada pasar negara berkembang, Kabir Narang, mengatakan tren pendanaan saat ini mencerminkan dampak dari periode penuh kegembiraan dari 2021 hingga 2022.

“Ada banyak modal yang dikumpulkan pada 2021 yang masih menunggu untuk dikerahkan, dan paruh kedua 2024 tampaknya sudah matang untuk memanfaatkan hal tersebut. Banyak model bisnis bagus yang masih menerima pendanaan tahun ini,” katanya, dilansir Business Times, Senin, 29 Januari 2024.

Para pembicara mencatat pendanaan pada paruh pertama 2024 diperkirakan akan mengalami dampak lanjutan dari perlambatan pada 2023, yang ditandai dengan Pemangkasan Hubungan Kerja (PHK) massal dan penutupan usaha.

Setelah menikmati pertumbuhan pesat selama tahun-tahun pandemi pada 2020 dan 2021, ekosistem modal ventura di Indonesia mengerem pertumbuhannya pada tahun lalu.

Penurunan kesepakatan

Laporan terbaru dari AC Ventures dan Bain and Company memproyeksikan penurunan total nilai kesepakatan di Indonesia dari tahun ke tahun antara 70 persen dan 80 persen pada 2023, setelah mempertahankan nilai kesepakatan pada 2022 sebesar USD3,6 miliar.

Laporan tersebut, yang dirilis pada November, menemukan bahwa investasi konsumen di bidang teknologi turun tajam menjadi USD81 juta pada paruh pertama 2023, dari USD580 juta pada periode enam bulan yang sama tahun sebelumnya.

Di Asia Tenggara secara keseluruhan, modal swasta yang dikumpulkan oleh startup turun 51 persen pada 2023 dengan menjadi USD7,96 miliar. Jumlah total kesepakatan ventura turun 30 persen menjadi 718, menurut laporan DealStreetAsia dan perusahaan modal ventura yang berbasis di Singapura, Rigel Capital.

Pada pertemuan tersebut, partner dari Trihill Capital, Anthony Tjajadi, mengatakan kelangkaan modal saat ini membuat startup harus bekerja lebih keras untuk menarik investor, terutama dengan adanya ketidakpastian menjelang pemilihan presiden bulan depan. Dia mengatakan banyak perusahaan, terutama perusahaan besar, kemungkinan besar tidak akan mengambil banyak risiko sampai situasi politik stabil.

“Dengan belanja konsumen yang terbatas dan potensi keraguan investor, startup harus mengutamakan unit ekonomi yang sehat dan efisiensi modal,” ujarnya.

Pendiri dan Mitra Pengelola Rigel Capital, Sebastian Togelang mengidentifikasi hikmah bagi investor di tengah ketidakpastian pasar, dengan mengatakan ada banyak peluang bagi mereka untuk berinvestasi dengan harga diskon.

Dia mencatat banyak investor mengalihkan fokus mereka untuk mengambil keputusan berdasarkan data. Selain hanya melihat laporan laba-rugi perusahaan, mereka juga memberikan penekanan lebih besar pada metrik seperti kinerja operasi, kinerja unit, dan stabilitas keuangan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)