Selandia Baru Tergelincir Lagi dalam Jurang Resesi

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Selandia Baru Tergelincir Lagi dalam Jurang Resesi

Medcom • 22 March 2024 14:52

Wellington: Selandia Baru telah tergelincir ke dalam resesi kedua dalam waktu kurang dari 18 bulan. Data-data dari pemerintah mencatat hal tersebut.

Badan statistik resmi Selandia Baru menyatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Selandia Baru, menyusut 0,1 persen selama periode Oktober-Desember, menyusul penyusutan 0,3 persen di kuartal ketiga.

Pada basis per kapita, ekonomi bernasib lebih buruk, dengan PDB menyusut 0,7 pada kuartal terakhir 2023, menurut angka pemerintah.

Melansir Aljazeera, para ekonom secara tradisional mendefinisikan resesi sebagai pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Resesi ini terjadi ketika Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) dengan agresif menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi tertinggi di negara maju, sehingga mengerem aktivitas ekonomi.

Penurunan tetap terjadi meskipun ada rekor migrasi yang masuk ke Selandia Baru mencapai lebih dari 133 ribu kedatangan selama tahun lalu.
 

Salahkan resesi terhadap kebijakan


Menteri Keuangan Selandia Baru, Nicola Willis, seorang anggota Partai Nasional yang beraliran tengah-kanan, menyalahkan resesi ini pada kebijakan-kebijakan "belanja besar, pajak besar" dari pemerintahan Partai Buruh yang sebelumnya, yang kehilangan kekuasaan pada pemilihan umum di Oktober.

"Sangat memprihatinkan kita berada dalam resesi meskipun populasi kita berkembang pesat. Hal ini hanya memperkuat pendekatan kita, memperkuat dan menumbuhkan ekonomi adalah pendekatan yang tepat. Kabar baiknya adalah inflasi bergerak ke arah yang benar," ujar Willis.

Juru bicara keuangan Partai Buruh, Barbara Edmonds, menuduh pemerintah gagal menghasilkan satu kebijakan pun untuk membantu masyarakat Selandia Baru mengatasi biaya hidup.

"Alih-alih kebijakan untuk membuat penitipan anak lebih terjangkau, membuat sebagian besar pengobatan gratis, atau potongan harga transportasi umum. Pemerintah baru saja menghabiskan hampir USD3 miliar untuk tuan tanah dan masih merencanakan pemotongan pajak yang tidak akan menguntungkan orang-orang yang bekerja seperti yang mereka janjikan," kata Edmonds. (Tamara Sanny)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)