Hilirisasi Nikel di Indonesia Gunakan Energi Terbarukan

Kapal Pembangkit Listrik Terapung (BMPP) Nusantara II-60 MW. Foto: Dok Ceria Group

Hilirisasi Nikel di Indonesia Gunakan Energi Terbarukan

Wandi Yusuf • 22 October 2024 18:52

Kolaka: Hilirisasi nikel di Indonesia dipastikan menggunakan energi hijau. Kepastian itu ditegaskan PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Group) selaku penggarap proyek strategis nasional (PSN) untuk hilirisasi nikel.

"Ceria Group telah menetapkan pengggunaan energi hijau di seluruh rantai industri," kata CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata, melalui keterangan tertulis yang diterima, Selasa, 22 Oktober 2024.

Penggunaan energi hijau merupakan komitmen Ceria Group dalam menjalankan transisi energi guna mencapai target nol emisi karbon atau net zero emmission (NZE) 2060. Hal ini sejalan dengan program hilirisasi komoditas yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto.  

Saat ini Ceria Group sedang dalam tahap akhir pembangunan smelter Merah Putih. Salah satu sumber energi hijau yang siap menyuplai smelter Merah Putih adalah Kapal Pembangkit Listrik Terapung atau Barge Mounted Power Plant (BMPP) Nusantara II-60 MW. 

"Salah satu kapal pembangkit tersebut telah bersandar di Terminal Khusus (Tersus) Wolo milik Ceria Group di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara sejak Minggu, 20 Oktober 2024. Sedangkan BMPP kedua akan menyusul," kata Derian. 

BMPP Nusantara II-60MW merupakan salah satu amanat yang tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang telah dicanangkan oleh pemerintah, tercakup dalam 1 rangkaian BMPP yang terdiri dari 2 unit BMPP 60 MW. 

BMPP Nusantara II ini menggunakan 100?han bakar gas dengan kapasitas 60 MW. Pembangkit ini memiliki panjang 72 meter, lebar 27,4 meter, dan tinggi 6,5 meter yang dikembangkan oleh PT PAL Indonesia dan PT Indonesia Power. 
 

Baca: 10 Tahun Joko Widodo, Rebut Kedaulatan Tambang

Pembangkit ini dirancang dengan desain yang efisien dan kompleksitas teknologi yang canggih. Juga ditunjang dengan 6 x Dual Fuel Engine 20V34DF yang dapat beroperasi dengan diesel dan LNG sehingga sejalan dengan komitmen Ceria terhadap transisi menuju energi bersih.

“Kedatangan BMPP ini merupakan langkah strategis Ceria Group dalam memastikan bahwa Smelter ‘Merah Putih’ dapat beroperasi secara optimal dan berkelanjutan dengan sumber energi yang andal dan ramah lingkungan,” kata dia.

Menurut Derian,  fasilitas pembangkit listrik terapung ini didukung dengan infrastruktur Jetty Wolo dan fasilitas pendukung lainnya yang dibangun oleh PT PLN Indonesia Power (IP). Fasilitas ini dirancang untuk berfungsi maksimal dalam memenuhi kebutuhan listrik saat ini, sehingga mendukung operasional smelter di masa depan.

“BMPP ini akan terhubung langsung dengan Gardu Induk Smelter PLN Kolaka, sehingga keandalan pasokan listrik ke Smelter Ceria dapat terus terjaga,” kata dia.
 

Didukung penuh PLN

Sejak 2018, PT PLN (Persero) telah menjadi mitra strategis Ceria Group dalam penyediaan pasokan energi bersih dan ramah lingkungan bagi Smelter Merah Putih.

Hingga saat ini, PLN memasok listrik sebesar 100 MVA dengan target peningkatan kapasitas hingga 414 MVA atau 352 MW dengan penandatanganan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL). Dukungan PLN juga mencakup penyediaan layanan Renewable Energy Certificate (REC), yang memungkinkan Ceria mendapatkan pengakuan internasional atas penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Kedatangan BMPP ini, kata Derian, menjadi bukti konkret bahwa Ceria Group terus bergerak maju dalam mewujudkan masa depan energi yang lebih hijau.

“Sumber energi utama yang digunakan oleh Ceria Group berasal dari pembangkit listrik tenaga air, angin, dan mesin gas, yang sejalan dengan visi perusahaan untuk mengutamakan keberlanjutan serta energi bersih dalam setiap operasionalnya,” kata Derian.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Wandi Yusuf)