Direktur Jenderal Departemen ASEAN Kementerian Luar Negeri Laos, Chatoulong Bouasisavath di ASEAN Media Forum, Vientiane, Laos. (Marcheilla Ariesta)
Marcheilla Ariesta • 28 November 2024 00:05
Vientiane: Untuk pertama kalinya, perwakilan non-politik Myanmar hadir dalam kegiatan ASEAN usai kudeta pada 2021 lalu. Hal ini dinilai sebagai keberhasilan tersendiri untuk Laos.
Direktur Jenderal Departemen ASEAN Kementerian Luar Negeri Laos, Chatoulong Bouasisavath mengatakan, hadirnya perwakilan non-politik Myanmar merupakan salah satu kemajuan negara itu mengimplementasi lima poin konsensus (5PC).
“Selama kepemimpinan terakhir, perwakilan non-politik Myanmar dapat hadir dalam pertemuan tersebut. Jadi, itulah pandangan Myanmar tentang penerapan lima poin konsensus,” kata Chatoulong, dalam pertemuan ASEAN Media Forum di Laos.
Dalam diskusi bersama media, Chatoulong menambahkan, perwakilan Myanmar membagikan situasi mereka saat ini kepada para pemimpin ASEAN.
“Saya kira ini sudah merupakan cerminan lain tentang bagaimana Myanmar telah berupaya sebaik mungkin untuk bekerja dengan ASEAN guna menerapkan lima poin konsensus,” ujar Chatoulong.
“Mereka (pemimpin Myanmar) dapat mendengar pandangan atau pandangan langsung dari ASEAN dan mitra. Dan tentu saja, dengan satu atau lain cara, perwakilan non-politik dapat menyampaikan pandangan itu kepada siapa pun yang hadir,” lanjut dia.
Chatoulong menegaskn, sebagian dari ASEAN tidak dapat terlibat dengan Myanmar dengan satu atau lain hal secara langsung. Karenanya, kehadiran perwakilan non-politik Myanmar untuk mengklarifikasi atau memberikan penjelasan secara langsung.
Kehadiran perwakilan non-politik Myanmar ini disambut baik oleh negara ASEAN lainnya. Karena kini tak ada lagi kursi kosong di dalam pertemuan di ASEAN.
Selama beberapa tahun terakhir, setelah kudeta terjadi di Myanmar, ASEAN tidak memperbolehkan junta hadir dalam berbagai pertemuan organisasi negara tersebut. Meski demikian, ASEAN mengharapkan Myanmar mengirimkan perwakilan non-politisnya.
Dua bulan setelah kudeta, para pemimpin ASEAN - dengan inisiasi Indonesia - bertemu secara darurat di Sekretariat ASEAN yang ada di Jakarta, membahas mengenai konflik dan kudeta Myanmar.
Pemimpin junta Myanmar, Min Aung Hlaing hadir. Dari pertemuan itu dihasilkan lima poin konsensus yang berisikan pengiriman bantuan kemanusiaan, penghentian aksi kekerasan, diadakannya dialog inklusif, mengajukan ASEAN untuk memfasilitasi mediasi, dan kunjungan utusan khusus ke Myanmar.
Sayangnya, setelah 3 tahun berlalu, belum ada kemajuan implementasi konsensus tersebut. Tak ada perwakilan non-politis Myanmar yang hadir dalam pertemuan ASEAN.
Kursi kosong Myanmar di pertemuan ASEAN dianggap sebagai kegagalan. Namun, harapan Myanmar ‘kembali’ ke ASEAN ada setelah perwakilan non-politis Myanmar hadir saat keketuaan Laos dan mengisi kursi kosong tersebut.
Meski demikian, masih banyak tugas yang harus dilakukan ASEAN untuk benar-benar ‘mengembalikan’ Myanmar. Meski demikian, ASEAN membiarkan Myanmar sendiri mengambil keputusan untuk negaranya sendiri, yakni ‘Myanmar Led Myanmar Owned’.
Pasalnya, ada prinsip tidak mengintervensi negara-negara anggota yang dianut ASEAN.
Sementara itu, ASEAN akan dipimpin Malaysia tahun depan. Dan bulan depan, akan ada pertemuan informal dengan Myanmar yang dilaksanakan di Thailand.
Baca juga: Hari ini, Pemimpin ASEAN Akan Berdialog dengan Perwakilan Junta Myanmar