Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn. Foto: Metrotvnews.com
Fajar Nugraha • 28 May 2025 12:59
Jakarta: Sekretaris Jenderal ASEAN Dr Kao Kim Hourn memberikan keterangan mengenai hasil KTT ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia 26-27 Mei 2025. Myanmar menjadi salah satu fokus isu yang jadi perhatian.
“Mengenai Myanmar, sangat jelas. Saya pikir para pemimpin sekarang percaya bahwa, pertama-tama, konsensus lima poin tetap relevan, tetap valid,” ujar Sekjen Kao, di Gedung Sekretariat ASEAN, Rabu 28 Mei 2025.
“Namun pada saat yang sama, para pemimpin sekarang saya akan mengatakan ada konsensus yang menggabungkan sekarang untuk memiliki utusan khusus jangka panjang atau lebih permanen untuk ASEAN di Myanmar,” imbuh Sekjen Kao.
Menurut Sekjen Kao, seorang utusan khusus di Myanmar, berarti akan mendedikasikan waktunya untuk bekerja secara khusus di Myanmar, atas nama ASEAN.
“Ini adalah sesuatu yang bukan hal baru, tetapi saya pikir ini adalah tambahan dari apa yang telah kita lakukan. Karena tanpa pengalaman dari Brunei, hingga Kamboja, Indonesia, Laos, dan sekarang Malaysia, kita melihat semua pengalaman ini, bagaimana kita menangani Myanmar,” ujar Sekjen Kao.
Dirinya menambahkan, penting bagi ASEAN untuk memiliki utusan khusus yang permanen dan jangka panjang. Itu satu hal yang terungkap. Kedua, tentu saja, para pemimpin menyerukan, dalam pernyataan terpisah dari masalah ini dan itu menyerukan gencatan senjata, gencatan senjata permanen, dan pengurangan kekerasan.
Dan, tentu saja, untuk juga mengizinkan bantuan kemanusiaan tanpa menghalangi atau memblokir sama sekali. ASEAN memiliki para pemimpin yang juga melihat bagaimana kita dapat meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk mendukung rakyat Myanmar.
Jadi menurut Sekjen Kao sangat jelas bahwa pada saat yang sama di bawah kepemimpinan Malaysia, ada dialog berkelanjutan dari ASEAN yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Sebelumnya, dalam pernyataan bersama para pemimpin ASEAN menyebutkan keprihatinan mendalam atas meningkatnya konflik dan situasi kemanusiaan di Myanmar serta minimnya kemajuan dalam penerapan Konsensus Lima Poin (5PC). Para pemimpin menegaskan kembali posisi bersatu bahwa 5PC tetap menjadi rujukan utama kami untuk mengatasi krisis politik di Myanmar dan selanjutnya menegaskan kembali keputusan para Pemimpin terkait.
Para Pemimpin menegakkan keputusan yang membatasi partisipasi Myanmar di KTT ASEAN dan Pertemuan Menteri Luar Negeri pada tingkat non-politik dan menegaskan kembali bahwa pembangunan komunitas ASEAN dan pengambilan keputusan tidak boleh terpengaruh.
“Kami menyambut baik pertukaran ide dan proposal yang diajukan selama Konsultasi Informal dan Konsultasi Informal Lanjutan tentang Implementasi Konsensus Lima Poin. Kami mengecam tindakan kekerasan yang terus berlanjut terhadap warga sipil dan fasilitas umum serta mendesak semua pihak yang terlibat untuk mengambil tindakan konkret guna segera menghentikan kekerasan tanpa pandang bulu, melakukan pengekangan sepenuhnya, memastikan perlindungan dan keselamatan semua warga sipil dan infrastruktur sipil, serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk penyaluran bantuan kemanusiaan dan dialog nasional yang inklusif,” ujar pernyataan bersama yang disiarkan pada 26 Mei 2025 itu.
Pemimpin ASEAN juga menyebutkan pernyataan tentang gencatan senjata yang diperpanjang dan diperluas di Myanmar. “Kami menyambut baik kemajuan penyediaan Bantuan Kemanusiaan ASEAN untuk Myanmar oleh AHA Centre untuk melaksanakan poin empat dari 5PC Pemimpin ASEAN,” pungkas pernyataan bersama pemimpin ASEAN.