Pacu Pertumbuhan Ekonomi, Hilirisasi Petrokimia dan Gas Dikebut

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Taufiek Bawazier (tengah). Foto: Dok Metrotvnews.com

Pacu Pertumbuhan Ekonomi, Hilirisasi Petrokimia dan Gas Dikebut

Eko Nordiansyah • 22 February 2025 19:02

Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memacu hilirisasi di industri petrokimia dan gas di Indonesia dengan berbagai terobosan kebijakan. Sektor petrokimia dan gas dinilai memberikan multiplier efek yang sangat besar sebagai upaya untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Taufiek Bawazier menyebut, sektor Industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) harus memompa tambahan kontribusi PDB sebesar Rp39,77 triliun dengan skenario porsi sektor industri tersebut terhadap PDB nasional sebesar 18,9 persen. 

"Dan jika target  skenario industri  berkontribusi sebesar 21,9 persen dari  PDB Nasional maka sektor IKFT harus memompa tambahan sumbangan Rp46,09 triliun," kata dia dalam Tekagama Forum Petrokimia dan Gas yang diselenggarakan Fakultas Teknik UGM, dilansir Sabtu, 22 Februar 2025.

Ia mengungkapkan, kalkulasi teknokratik ini diambil dari perhitungan baseline PDB harga konstan pada 2024 sebesar Rp12.920 triliun. Dengan pertumbuhan ekonomi delapan persen, diperlukan sekitar Rp1.033 triliun yang akan memperkokoh PDB nasional ke angka Rp13.953 triliun. 

"Artinya dengan dua skenario diatas kontribusi secara keseluruhan sektor industri nasional harus menambah porsi angkanya masing masing Rp195 triliun dimana share industri 18,9 persen, dan Rp226 triliun jika secara nasional industri mempunyai share 21,9 persen," ujar Taufiek.

Menurut Taufiek, hal ini bisa dicapai dengan integrasi kebijakan nasional yang pro industri. Ia menyebut, berbagai kebijakan mulai dari pengendalian impor, kemudahan investasi di hulu, intermediate dan hilir serta harga Gas HGBT yang kompetitif dan konsistensi supply tanpa kekurangan bahan baku.
 

Baca juga: 

Kemenperin Beberkan Kronologi Sanken Indonesia Tutup Pabrik



(Ilustrasi industri petrokimia dan gas. Foto: Dok istimewa)

Memenuhi kebutuhan nasional

Secara nasional, kapasitas produk olefin dan turunannya sebanyak 9,7 juta ton, produk aromatik dan turunannya sebanyak 4,6 juta ton serta produk C1 (metanol) dan turunannya sebanyak 980.000 ton. Dengan ini seharusnya jumlah produksi sudah mampu  melayani kebutuhan nasional.

"Kemenperin meminta produk-produk yang sudah mampu dihasilkan di dalam negeri dan utilisasinya rendah dapat diberlakukan kuota impor hanya persetujuan PI dan LS saja tanpa pertimbangan teknis minimal 40 persen bisa menambah utilisasi saat ini," ungkap dia.

Selain itu, peluang investasi di sektor ini sangat besar. Misalnya Metanol dengan kebutuhan nasional sebanyak 1,6 juta ton, namun yang mampu diproduksi hanya 721.424 ton. Hal ini yang perlu diarahkan investasi baru oleh Kemenperin, termasuk di industri minyak bumi, gas dan batubara dan turunannya.

Menurut Taufiek, kedepan semua stakeholder universitas dan pusat penelitian khususnya riset harus sejalan dengan kebutuhan industri. Ia mengatakan, dukungan riset dan inovasi di sektor petrokimia akan mendorong investasi masuk karena akan mengikuti kebutuhan pasar nasional yang besar.

"Tentunya tren dunia ke biochemical, biogas dan kimia berbasis sumber daya alam hayati dan hewani menjadi perhatian kita semua sebagai bangsa. Dengan demikian, target nasional dapat tercapai dengan kebijakan semua stakeholder yang berpihak terhadap industri petrokimia," ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)