Wamenlu Arrmanatha Nasir dalam Konferensi Tingkat Tinggi Negara-Negara Berpendapatan Menengah di Manila, Filipina, Selasa, 29 April 2025. (Kemenlu RI)
Manila: Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Christiawan Nasir mengatakan bahwa di tengah situasi global yang tak menentu, Indonesia sebagai salah satu negara berpendapatan menengah tetap berkomitmen kuat dalam mencapai target-target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs.
Pernyataan tersebut disampaikan Wamenlu Arrmanata, atau akrab disapa Tata, dalam pertemuan tingkat tinggi Konferensi Tingkat Tinggi Negara-Negara Berpendapatan Menengah (Middle-Income Countries/MICs) yang diselenggarakan di Manila, Filipina, Selasa, 29 April 2025.
Dalam sambutannya, Wamenlu Tata memberikan apresiasi kepada Pemerintah Filipina atas penyelenggaraan inisiatif penting ini, serta menyampaikan penghargaan terhadap Kelompok Negara-Negara Sehaluan (Like-Minded Group) untuk MICs yang dipimpin oleh Maroko atas upaya mereka dalam mendorong aspirasi bersama.
“Di tengah volatilitas global, Indonesia tetap teguh dalam mengejar pembangunan berkelanjutan,” ujar Wamenlu Tata.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia mencatat rata-rata pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen selama satu dekade terakhir. Indonesia juga mampu menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 8,57 persen, memperbaiki distribusi pendapatan, menjangkau lebih dari 90 persen penduduk dengan program jaminan kesehatan nasional, serta mengembangkan ekonomi digital senilai USD90 miliar dan melahirkan 10 perusahaan rintisan berstatus unicorn.
Menurutnya, capaian tersebut merupakan hasil dari reformasi mendalam, manajemen fiskal yang bijak, serta komitmen politik yang kuat dalam mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke dalam kebijakan nasional.
Tatanan Internasional Berbasis Aturan
Namun, Wamenlu Tata juga mengingatkan bahwa pencapaian ini tak lepas dari pentingnya lingkungan global yang kondusif—yakni tatanan internasional berbasis aturan, multilateralisme yang kuat, solidaritas antarnegara, serta kemitraan global yang adil.
Sayangnya, kondisi global saat ini tengah mengalami perubahan cepat: meningkatnya rivalitas kekuatan besar, proteksionisme yang ekstrem, lemahnya institusi multilateral, dan menurunnya solidaritas global.
“Jika kita, negara-negara berpendapatan menengah, tidak bertindak bersama, lebih dari 100 negara yang mewakili 75 persen populasi dunia akan terjebak dalam ‘middle-income trap,’ dengan ketimpangan tinggi, kemiskinan yang terus berlanjut, pertumbuhan rendah, dan utang eksternal yang tidak berkelanjutan,” tegasnya.
Untuk itu, Wamenlu Tata menyampaikan tiga poin utama:
1. Membangun Platform Kolaborasi Nyata antar MICs, guna memperkuat kerja sama Selatan-Selatan, penyelarasan kebijakan, dan akses terhadap pembiayaan global yang lebih inovatif dan inklusif.
2. Membela Multilateralisme dan Mendorong Reformasi Lembaga Internasional, agar mencerminkan aspirasi dan realitas dunia berkembang masa kini. Ia menyebut bahwa cara kerja institusi multilateral saat ini tidak lagi berkelanjutan.
3. Menguatkan Perdagangan Antarnegara MIC, yang kini menyumbang lebih dari 57% PDB global, sehingga potensi kolektif tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.
“Negara berpendapatan menengah bukanlah ekonomi yang masih menunggu waktu. Kita adalah mesin pertumbuhan, pusat inovasi, dan mitra dalam membangun masa depan global yang adil dan berkelanjutan,” ungkap Wamenlu Tata.
Ia menegaskan bahwa di tengah kecenderungan dunia yang semakin terfragmentasi, negara-negara berpendapatan menengah tidak boleh menjadi penumpang dalam ketidakpastian. “Kita harus menjadi pilot bagi masa depan global yang lebih inklusif,” pungkasnya.
Baca juga:
Wamenlu Tata Tegaskan Komitmen Indonesia Capai SDGs Tepat Waktu