Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Roy Soemirat. Foto: Metrotvnews.com
Fajar Nugraha • 24 April 2025 17:55
Jakarta: Ketika berlangsung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan sidang ke-24 UNPFII (Forum Tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Isu-Isu Adat) di New York, Amerika Serikat (AS) pada 21 April 2025, muncul masyarakat yang membawa tulisan yang dinilai melakukan provokasi.
Pemerintah Indonesia melaporkan ke PBB bahwa ada masyarakat Aceh, Maluku, dan Papua mengikuti sidang Forum masyarakat adat (Pribumi) yang di wakili masing-masing daerah dari tiga wilayah ini. Mereka membawa FREE di selembaran kertas itu.
Sidang ini berfokus pada "Menerapkan Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Masyarakat Adat di dalam Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk mengidentifikasi praktik-praktik baik dan mengatasi tantangan-tantangannya".
Kementerian Luar Negeri RI menanggapi isu ini dengan Juru Bicara Roy C Soemirat menyebutkan memang ada insiden mengenai adanya orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang menyalahgunakan forum United Nations Permanent Forum on Indigenous Issues (UNFPII).
“Ini sebuah forum di bawah PBB dimana negara-negara anggota PBB melakukan tukar pikiran mengenai upaya pemberdayaan masyarakat indigenous atau pribumi dan juga bagaimana cara bekerjasama diantara negara-negara yang memiliki kesamaan pandangan mengenai upaya pemberdayaan masyarakat pribumi,” tuturnya.
Sayangnya memang ada beberapa individu yang menyalahgunakan kehadirannya di forum tersebut untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan penyelenggaran forum itu sendiri. Ini dapat dilihat bahwa bahkan PBB pun langsung menindaklanjuti hal tersebut dengan mengambil tindakan kepada orang-orang yang melakukan penyalahgunaan.
“Keamanan PBB bahkan menyita berbagai material yang dibagikan karena bagaimanapun harus ditekankan bahwa PBB dan seluruh forum-forum formal yang dibentuk oleh PBB merupakan kerja sama G2G negara, pemerintah yang akan duduk disana sehingga ketika ada orang-orang yang bisa hadir pada sebuah forum PBB meskipun dengan bendera NGO,” ujar Roy.
Namun memanfaatkan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu itu bahkan tidak dapat diterima bahkan oleh PBB.
“Hal ini bisa dilihat lagi bisa dicek bahwa beberapa saat sudah terjadinya penyalahgunaan forum oleh orang-orang yang mencari sensasi seperti itu, PBB langsung menanggapi keras memberikan peringatan kepada semua delegasi yang hadir pada forum tersebut untuk tidak menyalahgunakan forum PBB untuk kepentingan-kepentingan yang tidak sejalan dengan pembentukan forum itu sendiri,” tegas Roy.
Roy menambahkan forum indigenous issues ini juga dibentuk dengan salah satu isu yang paling utamanya adalah akan melakukan menukar-menukar pikiran untuk pemberdayaan isu indigenous dengan mempertimbangkan dan tetap menghormati kedaulatan negara-negara anggota PBB.
“Jadi ketika ada orang-orang pencari sensasi yang melakukan hal tersebut sudah jelas-jelas itu melakukan tindakan yang menyalahgunakan forum dan mungkin dapat dikatakan orang-orang yang tidak bertanggung jawab atau bahkan tidak memiliki etika sama sekali. Apalagi etika untuk berperilaku di dalam masyarakat internasional,” kata Roy.