Nike Hadapi Tuntutan Pekerja Garmen di Kamboja dan Thailand

Nike. Foto: Unsplash.

Nike Hadapi Tuntutan Pekerja Garmen di Kamboja dan Thailand

Arif Wicaksono • 12 September 2023 20:58

New York: Lebih dari selusin investor menyerukan Nike untuk membayar pekerja garmen di Kamboja dan Thailand. Dalam  menurut surat yang dikirimkan pada 7 September kepada CEO Nike John Donahoe, kelompok hak buruh kehilangan gaji setelah penutupan pabrik akibat covid-19.

Melansir Channel News Asia, Selasa, 12 September 2023, para investor ingin Nike memberikan USD2,2 juta dalam bentuk upah yang diduga belum dibayarkan kepada lebih dari 4.000 pekerja di dua pemasok di Kamboja dan Thailand.

Permintaan investor tersebut dapat menambah tekanan pada raksasa pakaian olahraga Nike, yang akan mengadakan rapat pemegang saham tahunannya. Nike kini menghadapi pengawasan yang semakin ketat terhadap rantai pasokannya, termasuk investigasi yang dilakukan oleh lembaga pemerintah Kanada dan AS.

Nike membantah tuduhan tersebut dalam pernyataannya kepada Reuters. Perusahaan tersebut mengatakan mereka tidak lagi membeli produk dari pabrik di Kamboja sejak 2006 dan juga tidak menemukan bukti mereka berutang gaji kepada para pekerja di Thailand. Tidak ada pabrik yang dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar.

Para investor, termasuk bank Belanda Triodos dan dana pensiun PGGM, mengutip laporan Juni oleh Konsorsium Hak Pekerja nirlaba (WRC) yang berbasis di Washington, DC menuduh pabrik di Kamboja, Violet Apparel, memecat 1.284 pekerja pada Juni 2020 dengan pemberitahuan kurang dari seminggu. Serta tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan tanpa membayar penuh tunjangan, termasuk ganti rugi karena diberhentikan tanpa sebab.

Tuntutan buruh

Sebelum penutupan pabrik pada Juli 2020, Violet Apparel dimiliki oleh produsen tekstil global dan pemasok Nike Ramatex, menurut WRC. WRC menuduh Violet Apparel membuat pakaian untuk Nike sebagai subkontraktor hingga tahun 2020, mengutip kesaksian dari para pekerja pabrik dan foto-foto yang diambil di dalam pabrik. Nike mengatakan pihaknya tidak menemukan bukti yang mendukung klaim bahwa Violet Apparel membuat produk Nike setelah tahun 2006.

Menurut laporan WRC pemasok Nike lainnya, Hong Seng Knitting di Thailand, telah menolak memberikan gaji cuti sekitar USD800.000 kepada lebih dari 3.000 pekerja migran yang sebagian besar berasal dari Burma yang ditangguhkan sementara selama penurunan kerja terkait pandemi pada tahun 2020.

Pada bulan Maret, platform aktivis pemegang saham Tulipshare mengajukan proposal yang meminta informasi lebih lanjut dari Nike tentang cara melacak risiko kerja paksa dan pencurian upah dalam rantai pasokannya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)