Waspada, Bibit Siklon 93S Picu Potensi Cuaca Ekstrem di Banten Selama Nataru

Warga menggunakan perahu kayu menerobos banjir di Kampung Kajaroan, Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Kamis, 18 Desember 2025. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/YU

Waspada, Bibit Siklon 93S Picu Potensi Cuaca Ekstrem di Banten Selama Nataru

Silvana Febiari • 23 December 2025 22:23

Serang: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat di Provinsi Banten untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan akibat pengaruh tidak langsung bibit Siklon Tropis 93S. Apalagi, saat ini 98 persen wilayah Banten telah memasuki musim hujan.

"Kondisi tersebut menyebabkan hujan berpotensi turun setiap hari selama periode libur Natal dan Tahun Baru 2026, dengan intensitas yang bervariasi mulai dari ringan hingga lebat," kata Ketua Tim Kerja Meteorologi Klimatologi BMKG Wilayah II Banten Ana Oktavia Setiowati, dikutip dari Antara, Selasa, 23 Desember 2025. 

Selain hujan lebat, BMKG memprakirakan adanya potensi angin kencang dengan kecepatan hingga 45 kilometer per jam. Wilayah utara dan selatan diprediksi menjadi area yang paling terdampak oleh kondisi tersebut.
 


Ana menjelaskan bahwa keberadaan bibit siklon tersebut tidak berdampak langsung terhadap Indonesia. Namun, fenomena ini mengubah pola sirkulasi udara dengan menarik massa udara basah ke wilayah selatan Pulau Jawa sehingga memicu penumpukan awan hujan.

"Fenomena ini secara spesifik berpengaruh signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Banten bagian selatan, meliputi Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Kabupaten Serang bagian selatan," ujarnya.


Ilustrasi cuaca ekstrem. Dok Medcom


Masyarakat yang akan menyeberang laut atau berwisata ke pesisir diimbau untuk selalu memantau perkembangan cuaca dari BMKG. Imbauan ini dikeluarkan menyusul adanya potensi gelombang tinggi yang dapat membahayakan keselamatan di perairan.

Selain itu, masyarakat juga diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. Risiko ini semakin besar terutama jika daya serap tanah menurun akibat berkurangnya tutupan lahan atau kondisi hutan yang gundul.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Silvana Febiari)