Presiden Donald Trump diterima PM Malaysia Anwar Ibrahim di KTT ASEAN. Foto: X 
                                                
                    
                        Kuala Lumpur: Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim membela penyambutan hangat yang diberikan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam KTT ASEAN pekan lalu, menegaskan bahwa hal tersebut tidak mengurangi prinsip netralitas blok tersebut.
Dalam konferensi pers penutupan KTT pada Selasa, 28 Oktober 2025, Anwar menekankan bahwa Malaysia sebagai ketua ASEAN berhasil mempertahankan keseimbangan diplomatik dengan menandatangani perjanjian baik dengan AS maupun Tiongkok.
Anwar menyangkal tuduhan dari mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin yang menyebut penyambutan Trump "tidak pantas" di tengah penderitaan rakyat Palestina.
"Seluruh dunia melihat kami bersama Trump dan Li Qiang hadir. Kami menandatangani perjanjian dengan keduanya," tegas Anwar dalam pernyataanya, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 29 Oktober 2025.
Ia mengungkapkan telah membahas isu Gaza secara intens dengan Trump selama perjalanan mobil mereka, menyebut Presiden AS sebagai "pendengar yang baik" yang merespons seruan untuk gencatan senjata yang lebih komprehensif.
Dinamika diplomasi
KTT ASEAN yang berlangsung 26-28 Oktober di Kuala Lumpur menjadi ajang penting bagi diplomasi regional. Selain Trump dan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang, pertemuan ini dihadiri pemimpin dari Brasil, Afrika Selatan, dan Jepang.
Trump sendiri menandatangani perjanjian perdagangan bilateral dengan empat negara ASEAN serta MoU rantai pasokan mineral dengan Malaysia dan Thailand.
Anwar menegaskan kemitraan ASEAN dengan berbagai negara tidak bersifat eksklusif. Sehari setelah kepergian Trump, ASEAN justru menandatangani peningkatan Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Tiongkok yang mencakup ekonomi digital dan hijau.
"Jika kita takut pada AS, mengapa kita menandatangani perjanjian ini dengan Tiongkok?" tanya Anwar menanggapi kritik atas kebijakan luar negerinya.
Masa depan ASEAN
Mengenai pencapaian Malaysia sebagai ketua ASEAN, Anwar menyoroti kemajuan ASEAN Power Grid dan upaya diplomasi perdamaian. Meski mengakui belum semua target tercapai, ia menekankan pentingnya "setiap langkah kecil menuju keadilan".
Dalam penyerahan ketuaan kepada Filipina, Anwar berpesan bahwa tidak ada kepemimpinan yang dapat "memperbaiki setiap kesalahan", tetapi ASEAN telah menunjukkan kemampuan menjaga stabilitas kawasan.
Terkait tidak adanya pernyataan bersama dari KTT Asia Timur, Anwar menjelaskan bahwa keberagaman posisi negara anggota tidak menghalangi dialog.
"Kita mungkin tidak setuju, tetapi konsensus ASEAN adalah untuk memastikan keterlibatan terus berlangsung," pungkasnya, menegaskan komitmen blok tersebut terhadap
 engagement konstruktif dengan semua pihak termasuk AS, Tiongkok, dan Rusia.
(Muhammad Adyatma Damardjati)