Ilustrasi. Foto: Freepik.
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) kembali menegaskan arah bullish pada sesi perdagangan awal pekan ini, di tengah tekanan risiko geopolitik dan kebijakan perdagangan internasional yang masih menguat.
Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, mencatat bahwa pergerakan harga menunjukkan kekuatan beli yang semakin menonjol, meski likuiditas pasar relatif tipis menjelang momen-momen data dan rapat kebijakan moneter mendatang.
“Momentum bullish ini diperkirakan akan terus mendukung kenaikan hingga akhir minggu, bahkan memasuki pekan depan” ujar Andy dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 12 Juli 2025.
Selain itu, kombinasi pola candlestick “higher low” dan “higher high” yang konsisten, berpadu dengan kecenderungan Moving Average menembus ke atas garis MA jangka menengah, mengindikasikan penguatan tren naik pada XAU/USD.
Andy menjelaskan bahwa sinyal-sinyal tersebut menandai potensi kelanjutan rally logam mulia, selama level psikologis kunci tidak ditembus oleh aksi jual agresif. Keberhasilan MA jangka pendek menjaga posisi di atas MA jangka menengah akan menjadi konfirmasi tambahan bagi pelaku pasar bullish.
(Ilustrasi emas. Foto: Unplash)
Faktor eksternal memperkuat ketertarikan aset safe-haven
Presiden AS Donald Trump baru saja mengumumkan penerapan tarif impor baru 50 persen untuk tembaga dan 25 sampai 40 persen untuk berbagai produk dari sejumlah negara mulai 1 Agustus. Meskipun pasar sudah menunjukkan “
tariff fatigue,” ketegangan perdagangan yang berkelanjutan memicu permintaan emas sebagai lindung nilai, terutama saat risiko eskalasi perdagangan tetap tinggi.
Sementara itu, risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Juni yang dirilis pekan ini mengungkapkan bahwa mayoritas pejabat The Fed enggan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, mengingat risiko inflasi akibat tarif perdagangan. Market pricing kini memproyeksikan penundaan pemangkasan suku bunga hingga September, seiring imbal hasil obligasi yang masih tinggi. Kondisi fundamental moneter ini menahan laju emas, yang bersaing dengan aset berimbal hasil.
Dukungan lain datang dari data aliran dana global. Pada Juni 2025, inflow pada ETF emas di India mencapai rekor lima bulan sebesar Rs 2.081 crore (setara USD247 juta), membawa AUM mendekati Rs 65.000 crore.
Secara global, bank-bank sentral terutama di kawasan BRICS dan Asia Tenggara mempercepat akumulasi emas hingga hampir 20 persen dari total cadangan internasional. Pembelian oleh institusi-institusi ini menjadi pilar penting yang menopang harga emas di tengah gejolak pasar.
Dengan kombinasi antara sinyal teknikal yang
bullish, sentimen
safe-haven akibat ketegangan tarif, serta dukungan dari akumulasi bank sentral dan investor institusional, harga emas diprediksi bergerak di rentang USD3.212 hingga USD3.450.
"Pelaku pasar disarankan untuk memantau perkembangan kebijakan moneter The Fed, dinamika tarif dagang, dan data makro global sebagai penentu arah pergerakan jangka pendek XAU/USD," ungkap dia.