Studi Ungkap Virus Pemicu Lupus

Tenaga kesehatan/Istimewa

Studi Ungkap Virus Pemicu Lupus

Ficky Ramadhan • 14 November 2025 15:42

Jakarta: Penelitian terbaru dari Amerika Serikat mengungkapkan temuan penting terkait penyebab lupus. Para ilmuwan menemukan bahwa virus Epstein-Barr (EBV), salah satu virus paling umum di dunia yang menginfeksi sekitar 95% populasi manusia, berpotensi memicu lupus dengan membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-selnya sendiri.

Selama ini lupus dikenal sebagai penyakit autoimun yang misterius karena tidak memiliki penyebab tunggal dan belum tersedia terapi yang benar-benar menyembuhkan. Temuan terbaru ini memperkuat bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa EBV berhubungan dengan berbagai gangguan kesehatan jangka panjang, termasuk sejumlah penyakit autoimun lainnya. Kondisi tersebut membuat para pakar semakin mendesak pentingnya pengembangan vaksin pencegah EBV.

"Jika kini kita lebih memahami bagaimana virus ini dapat memicu penyakit autoimun, saya rasa sudah saatnya kita memikirkan langkah pencegahannya," kata Direktur Klinis Pusat Lupus Universitas Columbia, Anca Askanase, dikutip dari Media Indonesia, Jumat, 14 November 2025.
 


Lupus terjadi ketika sistem imun menyerang jaringan tubuh, menimbulkan berbagai gejala seperti kelelahan ekstrem, nyeri sendi, dan ruam kulit. Pada beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan organ termasuk ginjal serta melemahkan kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi.

Hubungan antara EBV dan lupus telah lama dicurigai ilmuwan, tetapi mekanisme biologisnya belum pernah dipahami secara jelas. Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Kepala Divisi Imunologi dan Reumatologi Universitas Stanford, Dr. William Robinson diyakini memberikan potongan teka-teki yang selama ini hilang.

"Dari sudut pandang kami, ini merupakan mekanisme kunci yang selama bertahun-tahun dicari. Kami meyakini temuan ini relevan untuk semua kasus lupus," ujar Robinson.

Infeksi EBV umumnya tidak menimbulkan gejala, terutama pada anak-anak. Virus ini menyebar melalui air liur, termasuk melalui ciuman atau penggunaan bersama peralatan makan, minuman, makanan, hingga sikat gigi. Setelah masuk ke tubuh, EBV akan bertahan seumur hidup, biasanya dalam kondisi tidak aktif namun berpotensi aktif kembali.

Virus/Ilustrasi Medcom.id

Sebelumnya, EBV juga dikaitkan dengan penyakit autoimun multiple sclerosis (MS). Meskipun bukan penyebab tunggal, virus ini diyakini berperan dalam rangkaian proses yang memicu munculnya MS.

Namun, meski hampir semua orang terpapar EBV, hanya sebagian kecil yang akhirnya mengembangkan lupus atau penyakit autoimun lain. Robinson menduga bahwa strain tertentu EBV memiliki kemampuan khusus memicu respons autoimun yang berbahaya.

Dalam studi ini, para peneliti memusatkan perhatian pada sel B, salah satu sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi. Mereka menemukan bahwa pada pasien lupus, jumlah sel B yang mengandung EBV 25 kali lebih banyak dibandingkan individu yang tidak memiliki lupus. Temuan ini dianggap sebagai penjelasan potensial mengapa virus tersebut dapat mengganggu fungsi imun pada penderita lupus. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(M Sholahadhin Azhar)