Korea Utara gencar lakukan uji coba rudal. Foto: KCNA
Pyongyang: Korea Utara mengumumkan bahwa mereka telah melakukan uji coba peluncuran rudal anti-pesawat terbang baru, yang diklaim sebagai bagian dari sistem pertahanan utama negara tersebut. Uji cob ini dilakukan pada Kamis, 20 Maret 2025, dan diawasi langsung oleh pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. Pengumuman ini disampaikan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada Jumat, 21 Maret 2025.
Uji coba rudal ini merupakan keenam kalinya dilakukan oleh Korea Utara tahun ini dan terjadi tepat pada hari terakhir latihan militer gabungan AS-Korea Selatan, Freedom Shield, yang berlangsung selama 11 hari. Latihan ini merupakan yang pertama sejak pelantikan Presiden AS, Donald Trump, pada Januari 2025.
Reaksi terhadap latihan militer AS-Korea Selatan
Korea Utara mengecam latihan militer gabungan AS_Korea Selatan, yang dianggap sebagai latihan invasi dan ancaman terhadap keamanan nasional. Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Utara, yang tidak disebutkan namanya, menyatakan bahwa latihan tersebut melibatkan simulasi untuk menghancurkan terowongan bawah tanah di Korea Utara yang digunakan untuk menyimpan senjata nuklir.
“Akumulasi gerakan militer sembrono AS dan Korea Selatan, yang diliputi oleh lamunan bahwa mereka dapat membahayakan kedaulatan dan keamanan sebuah negara bersenjata nuklir, tidak diragukan lagi dapat membawa konsekuensi terburuk yang tidak mereka inginkan,” kata juru bicara tersebut, dikutip dari
Irish Examiner, Jumat, 21 Maret 2025.
Uji coba rudal dan ancaman
Uji coba rudal anti-pesawat terbang ini dilakukan beberapa jam setelah latihan Freedom Shield dimulai pada 10 Maret 2025. Korea Utara juga menembakkan beberapa rudal balistik ke laut sebagai bentuk protes terhadap latihan tersebut. Kim Jong Un menyebut rudal baru ini sebagai “satu lagi sistem persenjataan pertahanan utama Korea Utara” dan menegaskan bahwa negara tersebut siap menghadapi segala ancaman dari luar.
Korea Utara sering mengeluarkan retorika perang dan ancaman serangan ketika AS dan Korea Selatan melakukan latihan militer besar. Namun, para analis menilai bahwa tindakan ini lebih bersifat simbolis untuk menunjukkan kekuatan militer Korea Utara daripada ancaman serius.
Prospek diplomasi dengan AS
Presiden AS Donald Trump telah menyatakan kesediaannya untuk menghubungi Kim Jong Un guna menghidupkan kembali diplomasi antara kedua negara. Namun, Korea Utara belum memberikan tanggapan publik atas tawaran tersebut. Banyak ahli percaya bahwa Kim, yang saat ini fokus mendukung upaya perang Rusia di Ukraina, kemungkinan tidak akan menerima ajakan Trump dalam waktu dekat.
Kim dan Trump sebelumnya bertemu tiga kali antara tahun 2018 dan 2019 untuk membahas kemungkinan pelucutan senjata nuklir Korea Utara. Namun, diplomasi tersebut gagal karena perselisihan mengenai sanksi ekonomi yang dipimpin AS terhadap Korea Utara.
Uji coba rudal terbaru ini menambah ketegangan di Semenanjung Korea, terutama di tengah meningkatnya aktivitas militer AS dan Korea Selatan. Meskipun Korea Utara terus menunjukkan kekuatan militernya, para analis meyakini bahwa negara tersebut tetap terbuka untuk dialog diplomatik, terutama setelah perang di Ukraina berakhir.
(
Muhammad Adyatma Damardjati)