Kelompok pemberontak Houthi asal Yaman. (EPA-EFE)
Willy Haryono • 9 December 2024 14:07
Sanaa: Kelompok pemberontak Houthi asal Yaman menuduh mantan presiden Suriah Bashar al-Assad sengaja menutup kedutaan besar mereka di Damaskus sebagai imbalan atas dibukanya kedubes Arab Saudi pada tahun 2023.
Tuduhan ini diungkapkan oleh juru bicara Houthi, Nasruddin Amer, melalui akun media sosial X pada hari Minggu kemarin, menanggapi pertanyaan tentang status kedutaan mereka di Suriah.
“Kedutaan kami di Suriah ditutup oleh Bashar sebagai imbalan pembukaan kedutaan Saudi,” tulis Amer, melansir dari Middle East Eye, Senin, 9 Desember 2024.
Ia juga mengungkapkan bahwa duta besar mereka beserta para staf telah meninggalkan Damaskus dan kembali ke ibu kota Yaman, Sanaa, pada Oktober 2023.
Pernyataan disampaikan Houthi di hari yang sama dengan tumbangnya rezim Assad di Suriah. Assad kini berada di Rusia usai mendapat suaka dari Negeri Beruang Merah.
Houthi, yang sering dianggap bagian dari Poros Perlawanan, mengkritik langkah Assad dalam menutup kedutaan. Meski Assad dulunya adalah bagian penting dari aliansi tersebut, dalam beberapa tahun terakhir ia berusaha mengakhiri isolasi internasional yang dimulai sejak perang Suriah pada 2011.
Beberapa negara Arab, seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi, yang sebelumnya mendukung pemberontak anti-Assad, telah menormalisasi hubungan mereka dengan rezim Suriah. Namun, langkah Assad ini dianggap berseberangan dengan kebijakan kelompok Poros Perlawanan, termasuk Houthi.
Berbeda dengan Iran dan Houthi yang mengusung kebijakan Islamis, Partai Baath yang dipimpin Assad cenderung lebih sekuler. Hal ini menjadi salah satu alasan perbedaan visi dalam aliansi tersebut.