Inflasi Argentina Tertinggi dalam 32 Tahun Terakhir, Meroket hingga 211 Persen

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Inflasi Argentina Tertinggi dalam 32 Tahun Terakhir, Meroket hingga 211 Persen

Ade Hapsari Lestarini • 15 January 2024 09:26

Buenos Aires: Inflasi tahunan Argentina melonjak menjadi 211,4 persen pada 2023. Menurut angka yang dirilis oleh badan statistik pemerintah INDEC, angka ini merupakan yang tertinggi dalam 32 tahun.

Data tersebut mencerminkan dampak kuat dari serangkaian tindakan yang mengejutkan, termasuk devaluasi mata uang negara tersebut sebesar 50 persen. Aksi ini dilaksanakan oleh Presiden sayap kanan Javier Milei dengan harapan dapat mengendalikan inflasi yang melonjak di negara tersebut.

Melansir LA Times, Senin, 15 Januari 2024, pada 2022, inflasi tahunan tercatat sekitar 95 persen. Inflasi bulanan negara ini mencapai 25,5 persen pada Desember, naik dari 12,8 persen pada November, namun sedikit di bawah perkiraan pemerintah sebesar 30 persen.

Milei mengatakan dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Buenos Aires sebelum angka tersebut dirilis, jika tingkat inflasi bulanan berada di bawah perkiraan, maka hal tersebut merupakan sebuah pencapaian.

"Kalau angkanya mendekati 25 persen berarti keberhasilannya luar biasa," kata Milei.


 

Baca juga: Argentina Cetak Rekor Inflasi Bulanan Tertinggi dalam 30 Tahun

Cegah hiperinflasi


Milei dalam pidato pelantikannya mengumumkan rencana penyesuaian yang menyakitkan, bertujuan untuk mencegah hiperinflasi. Dia memperingatkan langkah-langkah tersebut pada awalnya akan memiliki dampak negatif pada tingkat aktivitas, lapangan kerja, upah riil, dan jumlah orang miskin dan tidak mampu. Diperkirakan 40 persen penduduknya hidup dalam kemiskinan.

Milei mengatakan, setelah variabel makroekonomi stabil, dia akan melakukan dolarisasi perekonomian.

Menurut INDEC, makanan dan minuman non-alkohol, yang merupakan kontributor terbesar terhadap tingkat inflasi tahunan, mengalami peningkatan rata-rata sebesar 29,7 persen pada Desember. Produk lain untuk konsumsi massal meningkat sekitar 30 persen, sementara obat-obatan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 40 persen.

"Masih ada proses penataan ulang harga. Kita akan terus melihat periode inflasi dengan angka yang mengerikan, namun kemudian kita akan melihat langkah selanjutnya adalah penurunan inflasi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)