Kerusuhan Membayangi Macron saat Tiba di Kaledonia Baru

Kerusuhan melanda Kaledonia Baru, memaksa Presiden Prancis Emmanuel Macron berkunjung. Foto: EPA

Kerusuhan Membayangi Macron saat Tiba di Kaledonia Baru

Medcom • 24 May 2024 07:32

Paris: Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba di Kaledonia Baru yang dilanda kerusuhan hari Kamis, 23 Mei 2024. Ia tiba setelah melakukan perjalanan keliling dunia dengan pesawat untuk menunjukkan dukungannya terhadap kepulauan Pasifik yang dilanda kerusuhan mematikan dan masyarakat adat telah lama menginginkan kemerdekaan dari Prancis.

Macron mengatakan, dirinya memandang kembali ketenangan sebagai prioritas utama. Hal tersebut dibicarakan singkat kepada wartawan setelah kedatangannya di Bandara Internasional La Tontouta, sekitar 50 kilometer dari ibu kota Noumea.

“Berada di sisi rakyat dan melihat kembalinya perdamaian, ketenangan dan keamanan sesegera mungkin,” ungkap keinginannya bersama keinginan para menteri dan pemerintahnya, dikutip dari Brisbane Times, Kamis, 23 Mei 2024.

Presiden Macron juga merencanakan untuk bertemu dengan para pejabat setempat dan membahas kebutuhan sumber daya untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh penembakan, pembakaran, dan kekerasan lainnya selama berhari-hari telah menyebabkan sedikitnya enam orang tewas serta dampak kehancuran diperkirakan mencapai ratusan juta dolar.

“Kami akan membahas pertanyaan tentang rekonstruksi ekonomi, dukungan dan respons cepat, serta pertanyaan politik yang paling rumit, sembari kita berbicara tentang masa depan Kaledonia Baru,” jelas Macron 

“Pada akhirnya, keputusan akan diambil dan pengumuman akan dibuat,” lanjut Macron.

“Kita lihat saja nanti. Saya tidak punya batasan,” kata Presiden Macron ketika ditanya oleh seorang wartawan mengenai menurutnya terkait kunjungan 12 jam sudah cukup.

Saat membuka pertemuan dengan para pemimpin lokal, Macron mengheningkan cipta untuk orang-orang yang kehilangan nyawa dalam kerusuhan sebelum membahas langkah-langkah yang akan diambil pemerintahnya. 

Menurut daftar yang disediakan oleh kantor kepresidenan Elysee, pejabat dari faksi pro-kemerdekaan dan loyalis telah hadir.

Sementara itu, Presiden mengatakan 3.000 petugas keamanan telah dikerahkan ke wilayah luar negeri Prancis.

“Mereka akan tinggal selama diperlukan. Bahkan, jika tetap berada di sana selama Olimpiade dan Paralimpiade yang akan diselenggarakan di Paris dan wilayah lain di Prancis mulai akhir Juli,” ujarnya.


Meskipun menurutnya keadaan darurat yang ada saat ini tidak perlu diperpanjang, Macron mengatakan keadaan darurat hanya akan dicabut apabila semua pemimpin politik menyerukan agar barikade dan penghalang jalan dibongkar.

“Pemerintahan bekerja sama dengan para pemimpin setempat untuk menilai kerugian yang ditimbulkan, serta siap memberikan bantuan keuangan dan bantuan asuransi,” katanya.

Ia berharap dialog terbuka akan mengurangi ketegangan dan memberikan jalan ke depan yang menghormati hasil referendum kemerdekaan sebelumnya yang mendukung tetap menjadi bagian dari Prancis.

Selain itu, Presiden melakukan perjalanan sekitar 16.000 kilometer, didorong oleh kekerasan paling parah yang melanda Kaledonia Baru sejak 1980-an. 

Kunjungan kilat ini memungkinkannya untuk melihat kehancuran secara langsung dan mengucapkan terima kasih kepada pasukan keamanan Prancis yang telah berupaya memulihkan ketertiban. Lebih dari 1.000 bala bantuan telah dikerahkan dari daratan.

Diperkirakan, ia akan mendorong para pemimpin daerah yang terpecah belah karena isu kemerdekaan untuk melanjutkan perundingan.

Macron pastikan keamanan

Macron menaiki jet kepresidenannya hari Selasa malam, 21 Mei 2024 di Paris. Sebab perbedaan jarak dan waktu, ia sudah tiba di Kaledonia Baru pada Kamis pagi dengan kerusuhan yang masih membara dan menteri dalam negeri serta menteri pertahanan di belakangnya.

Kekerasan meletus pada 13 Mei 2024 ketika badan legislatif Prancis di Paris membahas perubahan Konstitusi Prancis untuk mengubah daftar pemilih Kaledonia Baru. 

Majelis Nasional menyetujui rancangan undang-undang, kemungkinan penduduk yang telah tinggal di Kaledonia Baru setidaknya selama 10 tahun untuk memberikan suara dalam pemilihan provinsi.

Namun, para penentang khawatir tindakan tersebut akan menguntungkan politisi pro-Prancis di wilayah tersebut dan semakin meminggirkan suku Kanak yang pernah menderita akibat kebijakan segregasi ketat dan diskriminasi yang meluas.

Diketahui, telah terjadi ketegangan selama beberapa dekade antara suku Kanak dan keturunan penjajah serta kelompok lain yang menetap di wilayah berpenduduk 270.000 jiwa dan ingin tetap menjadi bagian dari Prancis.

Sebelumnya, Macron memfasilitasi dialog antara faksi pro-kemerdekaan dan pro-Prancis. 

Upaya tersebut mencapai puncaknya pada referendum tahun 2018, 2020, dan 2021 sebagai tempat warga Kaledonia Baru memilih untuk tetap menjadi bagian dari Prancis dengan selisih tipis.

Setidaknya, enam orang tewas dalam kekerasan tersebut termasuk empat warga sipil dan dua petugas polisi. 

Sementara itu, Komisi Tinggi Kaledonia Baru mengatakan lebih dari 280 orang telah ditangkap dan 84 petugas polisi terluka. Tidak ada kejelasan jumlah warga sipil yang terluka.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin, Menteri Pertahanan Sebastien Lecornu, dan Menteri Wilayah Luar Negeri Marie Guevenoux menemani Macron dalam perjalanan tersebut. (Theresia Vania Somawidjaja)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)