Ilustrasi kilang minyak. Foto: Unsplash.
Beijing: Harga minyak anjlok pada perdagangan awal Asia pada perdagangan Selasa, memperpanjang kerugian dari sesi sebelumnya. Kekhawatiran tentang permintaan Tiongkok dan karena pasar mengabaikan risiko konflik yang meningkat di Timur Tengah menjadi pemicunya.
Minyak mentah Brent berjangka turun 12 sen atau 0,15 persen menjadi USD79,78 per barel pada pukul 00.33 GMT. Minyak mentah AS berjangka turun 14 sen, atau 0,18 persen, menjadi USD75,67 per barel.
Serangkaian berita ekonomi yang mengecewakan dari Tiongkok telah mengguncang pasar baru-baru ini. Aktivitas manufaktur Tiongkok kemungkinan menyusut untuk bulan ketiga Juli, sebuah jajak pendapat
Reuters menunjukkan pada perdagangan Senin.
Minyak tertekan setelah Citi memangkas perkiraan pertumbuhan Tiongkok menjadi 4,8 persen dari lima persen setelah pertumbuhannya meleset dari perkiraan analis pada kuartal kedua, mencatat aktivitas ekonomi semakin melemah pada Juli.
Pelaku pasar tengah mengamati pertemuan mendatang dari badan pembuat keputusan utama Tiongkok, Politbiro, yang diharapkan berlangsung minggu ini, yang dapat memperoleh dukungan kebijakan ekonomi lebih lanjut.
Namun, ekspektasi terbatas setelah Sidang Pleno Ketiga, pertemuan kebijakan utama pada pertengahan Juli, sebagian besar menegaskan kembali tujuan kebijakan ekonomi yang ada dan gagal mengangkat sentimen pasar.
Minyak dunia turun dua persen dalam sesi perdagangan sebelumnya setelah Israel mengisyaratkan tanggapannya terhadap serangan roket Hizbullah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada Sabtu akan diperhitungkan untuk menghindari menyeret Timur Tengah ke dalam perang habis-habisan.
Hal itu diperkuat oleh dorongan diplomatik AS, untuk membatasi tanggapan Israel dan mencegahnya menyerang ibu kota Lebanon, Beirut, atau infrastruktur sipil utama mana pun sebagai pembalasan.
Tekanan dari Venezuela
Di Venezuela, oposisi mengatakan telah memenangkan 73 persen suara, meskipun otoritas pemilihan nasional telah menyatakan petahana Nicolas Maduro sebagai pemenang pemilihan, memberinya masa jabatan ketiga.
"Kemenangan Nicolas Maduro dalam pemilihan umum Venezuela terbaru merupakan hambatan bagi pasokan global, karena hal ini dapat mengakibatkan sanksi AS yang lebih ketat," kata Analis ANZ dalam sebuah catatan, yang memperkirakan hal itu dapat memangkas ekspor Venezuela hingga 120 ribu barel per hari.
Pemerintah di Washington dan tempat lain meragukan hasil tersebut dan menyerukan penghitungan suara secara menyeluruh, dan para pengunjuk rasa berkumpul di kota-kota di seluruh Venezuela pada perdagangan Senin.