IMF Sepakat Berikan Pinjaman ke Bangladesh

Pinjaman IMF. Foto: MI.

IMF Sepakat Berikan Pinjaman ke Bangladesh

Arif Wicaksono • 20 October 2023 06:14

New York: Dana Moneter Internasional (IMF) mencapai kesepakatan pertama untuk memberikan dana talangan sebesar USD4,7 miliar sebagai dorongan bagi Bangladesh yang kekurangan uang menjelang pemilu nasional pada Januari 2024.

Penyelesaian tinjauan pertama tergantung pada persetujuan dewan IMF dalam beberapa minggu mendatang untuk menghasilkan dana sebesar USD681 juta.

“Pihak berwenang telah mencapai kemajuan besar dalam reformasi struktural di bawah program yang didukung IMF, namun tantangan masih tetap ada,” kata IMF dikutip dari The Business Times, Jumat, 20 Oktober 2023.

“Pengetatan keuangan global yang berkelanjutan, ditambah dengan kerentanan yang ada, membuat pengelolaan makroekonomi menjadi menantang, memberikan tekanan pada cadangan Taka dan Valas," jelas IMF.

Negara pertama

IMF menyetujui pinjaman sebesar USD4,7 miliar ke Bangladesh pada Januari, dengan pencairan segera sekitar USD476 juta, menjadikannya negara pertama yang mendapatkan dana tersebut dari tiga negara Asia Selatan yang mengajukan permohonan tahun lalu.

Bank Sentral Bangladesh berharap pertemuan Dewan IMF pada 11 Desember 2023 akan menyetujui pinjaman tahap kedua. Negara berpenduduk 170 juta jiwa ini sedang berjuang melawan inflasi tinggi yang dipicu oleh lonjakan harga energi dan pangan, serta melemahnya mata uang, yang telah menyulitkan pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Stabilitas makro Bangladesh

IMF mengatakan pengetatan kebijakan moneter yang lebih lanjut, fleksibilitas nilai tukar yang lebih besar, dan kebijakan fiskal yang ketat akan membantu memulihkan stabilitas makroekonomi di negara tersebut.
 
IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Bangladesh sebesar enam persen pada tahun fiskal 2024. Sementara itu, inflasi diproyeksikan sedikit di atas tujuh persen pada akhir tahun ini.

Perekonomian Bangladesh yang bernilai USD416 miliar merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam beberapa tahun terakhir sebelum mengalami kesulitan untuk membayar bahan bakar impor karena cadangan dolarnya telah menyusut lebih dari sepertiga akibat mahalnya impor bahan bakar setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)