Kecerdasan Buatan Menuntut Manusia Semakin Maju

Kecerdasan buatan. Foto: Medcom.id.

Kecerdasan Buatan Menuntut Manusia Semakin Maju

Arif Wicaksono • 12 October 2023 13:47

Jakarta: Fenomena kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang marak di berbagai negara menjadi perhatian bagi kalangan pekerja. AI bisa mendisrupsi lapangan pekerjaan karena sifatnya yang efisien cepat dan lebih lincah serta lebih ekonomis. Para pekerja pun harus mulai beradaptasi dengan kebiasaan ini.

Regional Director, Google Cloud Indonesia & Malaysia Megawaty Khie mengatakan perkembangan teknologi tak bisa dihindari seperti halnya perkembangan parkir di sejumlah tempat perbelanjaan yang sekarang tanpa karcis. Manusia harus terbiasa dengan perubahan yang terjadi begitu cepat dan menciptakan kebiasaan baru.

"Dulu kalau parkir mobil pakai karcis oleh tukang parkir kemudian waktu keluar harus bayar sekarang ke mal enggak keluar karcis lagi, masuk cukup tap dan keluar tap," kata dia dalam Indonesia Knowledge Forum (IKF) yang diselenggarakan BCA dalam keterangan tertulis, Kamis, 12 Oktober 2023.

Kemudian dia mencontohkan kematian bisnis Kodak sebagai pencipta digital imaging karena takut terhadap perubahan. Ketika Kodak berhenti berevolusi dengan perubahan maka pemain lain akan masuk ke bisnis digital imaging dengan serius sehingga Kodak akhirnya ditinggalkan konsumen.

"Sekarang founder digital imaging Kodak tapi ketika dia hentikan karena takut enggak laku maka yang lain berkembang. Sekarang jarang sekali sekarang orang bawa kamera, pakai kamera handphone tanpa cuci cetak resolusi (gambar) juga tetap tinggi," tegas dia.

Dia mengatakan agar manusia selalu belajar hal baru seperti AI karena setiap zaman selalu menuntut perubahan dengan ragam yang berbeda. Kecerdasan buatan bisa membuat manusia bisa one step ahead agar menjadi lebih kompetitif lagi.  

"Teknologi pisau bermata dua bisa membunuh orang dan bisa buat masak. Google buat AI bertanggung jawab. Kita jaga rambu-rambunya kita imbau supaya Anda juga terjaga dan menikmati benefit dari teknologi baru. Kita perlu tahu cara teknologi memajukan indonesia," tegas dia.

Kembangkan skill

Pemimpin McKinsey untuk Pengembangan karyawan dan Organisasi Asia Tenggara Phillip Wibowo menuturkan ditengah arus kecerdasan buatan critical problem solving dibutuhkan. Hal ini menjadi tuntutan karena akan ada beberapa pekerjaan yang hilang tergantikan dengan teknologi. Namun dia menyadari beberapa pekerjaan masih eksis seperti suster, perawat atau CEO yang membutuhkan sentuhan manusia.  

"Critical problem solving dibutuhkan sehingga membutuhkan investasi ke orang. Bisa mengatasinya dengan reskilling karena certain job akan tergantikan setengahnya bakal empty dan (setengahnya) full sehingga being agile dan reskilling menjadi prioritas pekerja saat ini," jelas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)