IMF Naikkan Perkiraan Ekonomi Tiongkok

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

IMF Naikkan Perkiraan Ekonomi Tiongkok

Arif Wicaksono • 30 April 2024 20:43

Beijing: Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhannya untuk Asia tahun ini, mencerminkan prospek yang lebih baik bagi dua perekonomian terbesar di kawasan ini dan kemungkinan adanya revisi ke atas dalam prospek ekonomi Tiongkok.
 

baca juga: 

IMF Soroti Tingginya Beban Utang dan Tantangan Fiskal Negara Berpendapatan Rendah


Kawasan Asia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, 0,3 poin persentase lebih tinggi dibandingkan perkiraan regional pada Oktober, namun hal ini merupakan perlambatan dari laju pertumbuhan tahun lalu sebesar lima persen.

Data terbaru ini telah memperhitungkan perkiraan yang lebih tinggi untuk India yang diterbitkan awal bulan ini dan laju perekonomian Tiongkok, yang didukung oleh ekspektasi bahwa stimulus pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan.

IMF mengatakan pertumbuhan kuartal pertama Tiongkok lebih kuat dari perkiraan karena kuatnya ekspor dan permintaan manufaktur, yang mungkin akan mendorong revisi ke atas lagi.

"Disinflasi global dan prospek suku bunga bank sentral yang lebih rendah telah membuat kemungkinan terjadinya soft landing, sehingga risiko terhadap prospek jangka pendek sekarang secara umum seimbang,” tulis Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, dilansir Business Times, Selasa, 30 April 2024.

Pemerintah pusat Tiongkok telah meningkatkan belanja tahun ini untuk mendukung perekonomian yang masih belum pulih dari melemahnya sektor properti dan untuk mendorong pertumbuhan mendekati targetnya mendekati lima persen tahun ini.

Di India, pemerintah meningkatkan belanja modal sebesar sepertiga pada 2024, yang merupakan tahun ketiga berturut-turut.

Produk domestik bruto riil Tiongkok diperkirakan meningkat sebesar 4,6 persen pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, dan India meningkat sebesar 6,8 persen pada tahun ini. Para pejabat membiarkan prospek regional 2025 tidak berubah dengan kenaikan sebesar 4,3 persen.

Risiko pertumbuhan ekonomi Tiongkok

Masih ada beberapa risiko, kata IMF. Salah satu dampak terbesarnya adalah penurunan sektor properti dalam jangka panjang di Tiongkok, yang akan melemahkan permintaan dan memperpanjang deflasi. Tantangan lainnya termasuk meningkatnya defisit fiskal dan risiko perdagangan akibat ketegangan AS-Tiongkok.

Para pejabat juga memperingatkan negara-negara Asia agar tidak terlalu bergantung pada ekspektasi terhadap kebijakan Federal Reserve ketika memutuskan kebijakan moneter mereka sendiri. Indonesia pada bulan ini secara tak terduga menaikkan suku bunga untuk mengatasi mata uang yang terpuruk akibat penguatan dolar AS.

Negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini merupakan salah satu dari banyak negara di kawasan ini yang menghadapi depresiasi mata uang seiring dengan berkurangnya prospek penurunan suku bunga The Fed.

"Meskipun mengikuti The Fed dapat membatasi volatilitas nilai tukar” namun hal ini berisiko membuat bank sentral tertinggal (atau bergerak maju) dan mengacaukan ekspektasi inflasi," tulis Srinivasan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)