Pemberontak di Suriah yang melengserkan Bashar al-Assad. Foto: Anadolu
Jakarta: Perang saudara Suriah yang dimulai sejak 2011 telah menjadi salah satu konflik paling kompleks di abad ke-21. Selain melibatkan Pemerintah Suriah di bawah kepemimpinan Bashar al-Assad, konflik ini dipenuhi oleh berbagai kelompok bersenjata yang memiliki tujuan, kepentingan, serta ideologi yang berbeda.
Tidak hanya aktor lokal, campur tangan asing memperumit situasi dengan mendukung berbagai faksi demi kepentingan geopolitik masing-masing. Berikut adalah daftar kelompok bersenjata utama yang berperan dalam dinamika perang di Suriah, beserta tujuan dan wilayah pengaruh mereka.
Tentara Pembebasan Suriah (Free Syrian Army - FSA)
Tentara Pembebasan Suriah (FSA) adalah salah satu kelompok bersenjata pertama yang muncul setelah pecahnya demonstrasi anti-pemerintah pada 2011. Kelompok ini dibentuk oleh para pembelot dari angkatan bersenjata Suriah yang menolak perintah untuk menindak demonstran secara brutal.
Tujuan: Menggulingkan rezim Bashar al-Assad dan mendirikan pemerintahan demokratis yang inklusif.
Struktur: Awalnya, FSA beroperasi sebagai organisasi militer terorganisir, namun seiring berjalannya waktu, kelompok ini mengalami fragmentasi. Banyak komandan lokal mendirikan milisi kecil yang beroperasi secara independen.
Dukungan: FSA menerima dukungan dari negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat dan sekutu regional seperti Turki, terutama pada tahap awal konflik. Namun, dukungan tersebut mulai berkurang setelah munculnya kelompok ekstremis.
Wilayah pengaruh: Saat ini, faksi-faksi sisa dari FSA beroperasi di utara Suriah, terutama di wilayah yang dikuasai oleh Turki dan sekutunya.
Meskipun pengaruhnya berkurang drastis, FSA tetap menjadi simbol awal perjuangan rakyat Suriah melawan rezim Assad.
Hayat Tahrir al-Sham (HTS)
Hayat Tahrir al-Sham (HTS) adalah kelompok jihad yang muncul sebagai evolusi dari Front al-Nusra, mantan afiliasi al-Qaeda di Suriah. HTS terbentuk pada 2017 setelah beberapa faksi jihad bergabung, dengan tujuan mengurangi stigma ekstremisme dan mendapatkan legitimasi lokal.
Ideologi: Kelompok ini menganut ideologi jihad Salafi namun berusaha meredam citra ekstremisnya untuk menarik dukungan masyarakat lokal.
Kontrol Wilayah: HTS menguasai sebagian besar provinsi Idlib, termasuk kota-kota besar dan infrastruktur penting. Mereka berperan sebagai penguasa de facto di wilayah ini.
Strategi Politik: HTS membentuk badan administrasi sipil yang dikenal sebagai "Pemerintah Penyelamatan" untuk mengelola kehidupan di bawah kontrol mereka, termasuk layanan publik, pendidikan, dan perdagangan.
Kekuatan Militer: HTS memiliki ribuan pejuang yang dilengkapi dengan persenjataan modern hasil rampasan dari pertempuran dan dukungan logistik dari negara-negara pendonor rahasia.
HTS menjadi salah satu faksi paling kuat di Suriah, meskipun dinilai kontroversial karena hubungan masa lalu mereka dengan al-Qaeda.
Pasukan Demokratik Suriah (Syrian Democratic Forces - SDF)
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) adalah aliansi militer multi-etnis yang didominasi oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Kelompok ini didirikan pada 2015 untuk menghadapi ancaman ISIS dan menjaga stabilitas di wilayah timur laut Suriah.
Tujuan: Membangun pemerintahan otonomi Kurdi dan menciptakan stabilitas di wilayah yang mereka kontrol.
Dukungan: SDF mendapat dukungan penuh dari koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat, terutama dalam memerangi ISIS.
Wilayah kuasa: SDF menguasai sebagian besar Suriah timur laut, termasuk wilayah kaya minyak di provinsi Hasakah, Raqqa, dan Deir ez-Zor.
Konflik dengan Turki: Turki memandang YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap kelompok teroris. Hal ini menyebabkan serangan berulang oleh pasukan Turki terhadap SDF di perbatasan utara Suriah.
SDF memainkan peran krusial dalam mengalahkan ISIS, meskipun kini menghadapi tantangan geopolitik akibat konflik dengan Turki dan ketegangan internal di wilayah yang mereka kuasai.
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)
ISIS atau Daesh muncul sebagai kekuatan ekstremis paling berbahaya di Suriah dan Irak pada 2014. Kelompok ini mendeklarasikan “kekhalifahan” dan menguasai wilayah luas di kedua negara, memaksakan interpretasi hukum syariah secara brutal.
Puncak Kejayaan: Pada 2014-2015, ISIS menguasai kota-kota besar seperti Raqqa (Suriah) dan Mosul (Irak), serta menarik ribuan pejuang asing dari seluruh dunia.
Kehancuran: Operasi militer besar-besaran oleh koalisi internasional dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) berhasil menghancurkan kekuatan ISIS, yang kehilangan “kekhalifahan” mereka pada 2019.
Sisa-Sisa ISIS: Meski kekhalifahan nya runtuh, sel-sel ISIS masih aktif di gurun Suriah, terutama di Homs dan Deir ez-Zor, melakukan serangan gerilya dan penyerangan terhadap pasukan pemerintah, SDF, dan warga sipil.
ISIS masih menjadi ancaman laten yang berpotensi memicu kebangkitan ekstremisme di kawasan.
Kelompok Pro-Pemerintah: Pasukan Pertahanan Nasional (NDF)
Pasukan Pertahanan Nasional (NDF) adalah milisi pro-pemerintah yang dibentuk oleh rezim Bashar al-Assad untuk mendukung angkatan bersenjata Suriah.
Struktur: NDF terdiri dari sukarelawan sipil yang dilatih dan dipersenjatai oleh pemerintah, serta didukung oleh sekutu kuat seperti Iran dan Rusia.
Peran: NDF membantu merebut kembali wilayah dari kelompok pemberontak dan menjaga stabilitas di daerah-daerah yang dikuasai pemerintah.
Kolaborasi: NDF sering beroperasi bersama pasukan asing seperti milisi Syiah Hizbullah dan Korps Garda Revolusi Iran.
NDF memainkan peran penting dalam mempertahankan rezim Assad selama perang saudara berlangsung.
Kelompok-Kelompok Minoritas dan Sektarian
Selain kelompok besar, terdapat berbagai milisi yang terbentuk untuk melindungi komunitas etnis dan sektarian tertentu:
Milisi Druze dan Kristen: Dibentuk untuk mempertahankan komunitas mereka dari ancaman kelompok ekstremis.
Milisi Syiah: Didukung oleh Iran dan Hizbullah, mereka berperang di pihak pemerintah Assad untuk mempertahankan situs-situs keagamaan Syiah.
Kelompok Kurdi Kecil: Selain YPG, terdapat milisi lokal Kurdi yang lebih fokus pada perlindungan komunitas di wilayah kecil. Konflik Suriah adalah cerminan dari perang multipihak yang melibatkan ideologi, kepentingan etnis, dan perebutan kekuasaan regional.
Kehadiran berbagai kelompok bersenjata seperti Tentara Pembebasan Suriah, HTS, SDF, ISIS, dan milisi pro-pemerintah, perang ini semakin kompleks dan sulit diselesaikan.
Dampak dari konflik ini tidak hanya dirasakan oleh rakyat Suriah tetapi juga mempengaruhi stabilitas Timur Tengah dan keamanan global.
(Muhammad Reyhansyah)