Thailand. Foto: Unsplash.
Bangkok: Produksi manufaktur Thailand melanjutkan penurunan selama 16 bulan pada Januari 2024. Produksi anjlok di tengah lemahnya penjualan kendaraan bermotor dalam negeri dan ekspor.
Penurunan sebesar 2,94 persen dalam setahun lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan penurunan sebesar 5,1 persen dalam jajak pendapat Reuters. Hal ini mengikuti revisi penurunan sebesar 4,66 persen pada Desember 2023.
Melansir
Channel News Asia, Kamis, 29 Februari 2024, Kementerian Perindustrian Thailand menuturkan pelemahan ini didorong oleh penurunan produksi mobil, yang telah melambat selama enam bulan berturut-turut termasuk penjualan domestik dan ekspor.
Negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini merupakan pusat perakitan dan ekspor mobil regional, yang merupakan rumah bagi pabrikan Jepang seperti Toyota dan Honda.
Kepala Kantor Ekonomi Industri di Kementerian Perindustrian Thailand Warawan Chitaroon menuturkan meningkatnya utang rumah tangga telah menghambat produksi karena hal ini memengaruhi konsumsi domestik secara keseluruhan dan keputusan investasi bisnis.
Thailand merupakan salah satu negara dengan rasio utang rumah tangga tertinggi di kawasan Asia Tenggara yaitu sebesar 16,2 triliun baht (USD451 miliar) atau 90,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir September 2023.
Penggunaan rentenir ilegal marak terjadi di kalangan keluarga berpenghasilan rendah yang tidak mampu mendapatkan pinjaman bank, dan banyak masyarakat yang terjebak utang dengan bunga tinggi.
Produksi pabrik Thailand meningkat
Kementerian Perindustrian Thailand mempertahankan perkiraan produksi pabrik akan meningkat 2-3 persen tahun ini, setelah revisi penurunan sebesar 3,78 persen pada tahun lalu.
Barang-barang industri menyumbang sekitar 80 persen dari total ekspor, yang meningkat 10 persen tahun-ke-tahun di Januari, yang merupakan tingkat tertinggi dalam 19 bulan. "Namun, ekspor yang lebih tinggi bukan merupakan produksi baru, karena destocking," kata Warawan.
Pemerintah Thailand memperkirakan perekonomian akan tumbuh 2,2 persen hingga 3,2 persen tahun ini dibandingkan 1,9 persen pada 2023.