Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita saat pertemuan dengan Menteri Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok Jin Zhuanglong. Foto: dok Biro Humas Kemenperin.
Husen Miftahudin • 6 July 2023 22:13
Jakarta: Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menawarkan Pemerintah Tiongkok untuk bekerja sama dalam hal industri farmasi hingga industri hijau.
Tawaran itu disampaikan Agus dalam pertemuan dengan Menteri Industri dan Teknologi Informasi (Minister of Industry and Information Technology/MIIT) Tiongkok Jin Zhuanglong dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Shenzhen, Tiongkok, pada Selasa, 4 Juli 2023 lalu.
Terkait kerja sama industri farmasi, Agus menyampaikan bahan baku obat saat ini belum dieksplorasi, sehingga masih bergantung pada impor. Indonesia mengharapkan adanya pengembangan investasi dari Tiongkok atas bahan baku obat selain parasetamol.
"Sistem kesehatan Indonesia saat ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia, menjangkau 240 juta penduduk dengan turnover value mencapai USD40 miliar. Karenanya, pendalaman struktur industri farmasi sangat penting untuk dilakukan," kata Agus, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 6 Juli 2023.
Kerja sama lainnya yang ditawarkan Indonesia adalah terkait pengembangan industri hijau yang memprioritaskan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
Menurutnya, industri hijau juga penting dengan meningkatnya kebutuhan pasar akan produk hijau serta peraturan tentang praktik berkelanjutan di pasar global seperti Ecolabel, Carbon Tax, Carbon Border Adjustment Mechanism, environmental management system, atau sertifikat lain yang menjamin legalitas sumber daya.
Dalam hal ini, Agus mengharapkan Indonesia dan Tiongkok bisa bekerja sama untuk mengembangkan green products melalui industri bioprospektif yang memproses sumber daya biologis, termasuk tumbuhan, mikroorganisme, dan hewan.
"Salah satu potensi sumber daya untuk industri ini yang dimiliki Indonesia adalah rumput laut dan mikroalgae yang dapat diproses menjadi bahan baku bio produk, seperti bagi bioplastic, biofuels, dan pupuk," papar Agus.
Apresiasi kerja sama kendaraan listrik
Agus juga menyambut peluang-peluang untuk mengoptimalkan kerja sama yang telah terjalin sebelumnya, di antaranya di bidang Electric Vehicle (EV) dan New Energy Vehicle (NEV). Indonesia menargetkan untuk menjadi hub produsen kendaraan listrik di kawasan yang berdaya saing global.
Kebijakan ini juga memberikan ruang bagi kerja sama, yang dalam kesempatan ini ingin dijalin dengan Pemerintah Tiongkok dan sektor swastanya. Kesiapan Indonesia dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik merupakan modal penting bagi kerja sama dengan Tiongkok.
Di sisi lain, Tiongkok merupakan produsen terbesar EV yang pangsa pasarnya mencapai sepertiga dari produksi global. "Kerja sama ini akan dapat mewujudkan cita-cita ASEAN menjadi lebih hijau dan berkelanjutan," kata Agus.
Terkait perjanjian ASEAN-China Free Trade Area (ASEAN-China FTA) yang telah diimplementasikan sejak 1 Januari 2010, ia mengharapkan agar proses perundingan dapat berjalan dengan baik, sehingga mampu menyempurnakan hal yang sudah ada.
"Khususnya pada isu-isu inisiatif baru seperti ketahanan rantai pasok, ekonomi digital, ekonomi hijau dan konektivitas," jelas Agus.