Peserta Jambore Pramuka Dunia 2023 asal Indonesia. Foto-foto: Dok Maulana Rizki
Seoul: Hari ini penyelenggaraan ke-25 Jambore Pramuka Dunia resmi ditutup. Jambore yang diselenggarakan di Korea Selatan (Korsel) ini disudahi sehari lebih cepat dari rencana.
Sejak awal, para peserta Jambore Pramuka Dunia ini menemui banyak tantangan. Meski begitu, peserta dari Indonesia tetap antusias untuk mengikutinya sampai akhir.
Hal ini diceritakan oleh Pembina Pendamping dari Kwartir Cabang Kuningan, Jawa Barat, Maulana Rizki. Diwawancarai Metrotvnews.com melalui sambungan telepon, Maulana bercerita bagaimana kontingen Indonesia tetap bertahan hingga penutupan.
Diawali informasi cuaca ekstrem
Sorotan dunia tertuju ke Jambore Pramuka Dunia saat ada ancaman
cuaca ekstrem. Maulana bercerita, sejak pemusatan awal sebelum keberangkatan, yakni pada 29 Juli 2023, para peserta sudah diwanti-wanti mengenai cuaca.
"Awalnya Kwarnas (Kwartir Nasional) mengirimkan data berupa ramalan cuaca satu minggu ke depan," kata Maulana saat dihubungi, Jumat, 11 Agustus 2023.
Dalam keterangan ramalan cuaca tersebut, curah hujan diperkirakan akan tinggi hingga satu minggu penyelenggaraan Jambore Pramuka Dunia. Artinya, curah hujan akan tinggi sejak hari pertama penyelenggaraan, yakni pada 1 hingga 7 Agustus.
"Tidak ada keterangan akan ada gelombang panas bahkan badai. Hanya diminta antisipasi adanya curah hujan yang cukup tinggi," kata pengajar dari Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat, itu.
Dan benar, seminggu di lokasi Jambore, langit mendung pertanda hujan pun tak tampak. Cuaca panas justru terus memayungi. Alat ukur cuaca mencatat suhu mencapai 39 derajat Celcius.
"Itu di hari keempat. Bahkan terasa seperti 42 derajat Celcius," kata Maulana.
Baca: Menlu Retno: 40 Bus Akan Angkut Kontingen Jambore Dunia Asal Indonesia di Korea
Kontingen Amerika dan Inggris ditarik mundur
Gelombang panas itu memaksa otoritas Amerika Serikat dan Inggris menarik kontingennya dari lokasi Jambore. Kwarnas kedua negara itu mengevakuasi kontingennya masing-masing ke pangkalan militer milik mereka di Korsel.
Penarikan kontingen itu dilakukan mengantisipasi adanya gelombang panas. Tentu saja penarikan kontingen ini cukup menyita perhatian karena Inggris adalah salah satu negara yang mengirimkan kontingen terbanyak, yakni sekitar 4.500 peserta.
Maulana bercerita, dalam sebuah rapat pun, sudah dikabarkan akan datang Topan Khanun. Topan ini diperkirakan akan melewati lokasi perkemahan, yakni di Bumi Perkemahan Sae Man-Geu, Buan, Jeolla, Korea Selatan.
Kontingen Indonesia diungsikan
Di hari kedelapan atau Selasa, 8 Agustus, kontingen asal Indonesia akhirnya dievakuasi. Evakuasi juga dilakukan kontingen dari semua negara peserta.
Total sebanyak 39 ribu peserta Jambore Pramuka Dunia dievakuasi dari Bumi Perkemahan. Musababnya tentu saja cuaca ekstrem dan ancaman kedatangan Topan Khanun.
Kontingen Indonesia yang terdiri atas 1.569 orang dievakuasi ke Kota Iksan-si, Jeollabuk-do, bersama peserta dari lima negara. Mereka diungsikan di Universitas Wonkwang.
"Dan benar, Badai Khanun memang melewati Bumi Perkemahan," kata Maulana.
Agenda tetap dilanjutkan
Meski terhalang cuaca, agenda Jambore Pramuka Dunia di Korsel tetap dilanjutkan. Pada hari kesembilan, 9 Agustus, para peserta diajak mengunjungi Seoul Botanical Garden. Para peserta juga diajak untuk menikmati pertunjukan kesenian dari masing-masing kontingen.
Namun, pada 10 Agustus, kegiatan ditiadakan. Hal ini dilakukan karena badai memang tengah berlangsung.
Kondisi yang sama juga terjadi pada hari kelima atau 5 Agustus saat terjadi gelombang panas. Kegiatan utama seperti
side camp,
water activity,
sains class, hingga
coding class terpaksa dihentikan.
"Saat itu, kegiatan dialihkan menjadi acara mengunjungi
camp," kata Maulana.
Peserta Jambore Pramuka Dunia dari Kwartir Cabang Kuningan, Jawa Barat
Penutupan di stadion
Jambore Pramuka Dunia seharusnya ditutup di Bumi Perkemahan Sae Man-Geu. Namun, karena kondisi yang tak memungkinkan, penutupan Jambore akhirnya dilakukan di Stadion Piala Dunia Seoul yang terletak di Sangam. Stadion ini pernah dipakai untuk pertandingan Piala Dunia FIFA 2002 lalu.
"Karena memang tak memungkinkan lagi kembali ke
camp," ujar Maulana.
Penutupan Jambore Pramuka Dunia dilakukan pada pukul 17.30 waktu Korsel, 11 Agustus. Artinya, di Indonesia jatuh pada pukul 15.30 WIB.
Dihibur artis K-Pop
Penutupan Jambore Pramuka Dunia ini terasa spesial karena dihibur oleh artis K-Pop. Jika sebelumnya beredar kabar Pemerintah Korsel akan menghadirkan BTS, ternyata bukan.
Akan tetapi, Pemerintah Korsel tetap menghadirkan K-Pop. Mereka adalah NCT Dream hingga New Jeans.
"Semoga penutupan ini berjalan lancar, tak seperti pada saat
opening yang sedikit
chaos," kata Maulana.
Baca: Demi Selamatkan Pamor Negara, Korsel Minta BTS Tampil di Jambore Pramuka Dunia
Penyelenggaraan ke-25 Jambore Pramuka Dunia (25th World Scout Jamboree) rencananya dilaksanakan pada 1 hingga 12 Agustus 2023. Namun, karena berbagai kendala, Jambore ditutup sehari lebih cepat, yakni pada 11 Agustus.
Kontingen Gerakan Pramuka Indonesia mengirimkan 1.569 peserta. Ketua Kontingen Indonesia dipimpin Mayor Jenderal Mar (Purn) Yuniar Ludfi.
Kontingen Indonesia juga mendapat panduan penuh dari Duta Besar Ahmad Rusdi (Dubes RI di Bangkok 2016-2020). Dia menjabat sebagai Wakil Ketua Kwartir Nasional/Ketua Komisi Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri. Ahmad Rusdi menjabat sebagai Ketua Kontingen dari gelombang kedua kedatangan Pramuka Indonesia pada Jambore Pramuka Dunia 2023.
Total peserta Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan ini sebanyak 43.000 orang dari 150 negara.
Peserta Jambore dari Kwartir Jawa Barat