India. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 5 September 2023 16:31
Bengaluru: Survei bisnis menunjukan pertumbuhan industri jasa yang dominan di India melemah pada Agustus namun kondisi secara keseluruhan tetap kuat meskipun ada tekanan inflasi yang meningkat.
Pertumbuhan pabrik meningkat pada laju tercepat dalam tiga bulan, menunjukkan negara dengan ekonomi terbesar ketiga di Asia akan menjadi negara besar dengan pertumbuhan tercepat meskipun pertumbuhan global melambat.
Indeks Manajer Pembelian jasa S&P Global India turun menjadi 60,1 pada Agustus dari 62,3 pada bulan Juli, lebih rendah dari ekspektasi jajak pendapat Reuters sebesar 61,0. Namun, angka tersebut berada di atas angka 50 yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi selama 25 bulan berturut-turut, rentang terpanjang sejak Agustus 2011.
Lonjakan permintaan
“Lonjakan permintaan internasional ini mendukung salah satu kinerja penjualan terbaik yang tercatat selama 13 tahun terakhir, dan bertindak sebagai katalis bagi perusahaan untuk memperluas tenaga kerja serta output mereka,” kata Direktur Asosiasi Ekonomi di S&P Global Pollyanna De Lima dikutip dari
Channel News Asia, Selasa, 5 September 2023.
“Kuatnya permintaan juga memupuk rasa optimisme yang tinggi terhadap prospek tersebut, sehingga memberikan pertanda baik bagi prospek pertumbuhan ekonomi," tegas dia.
Sub-indeks yang memantau keseluruhan permintaan sedikit melambat pada Agustus dibandingkan bulan sebelumnya. Meskipun tetap kuat di 60,0, angka ini berada di bawah puncak 13 tahun pada Juli di 62,2.
Permintaan luar negeri merupakan yang tertinggi sejak seri ini dimulai pada September 2014. Prospek bisnis untuk 12 bulan ke depan adalah yang paling kuat sejak Desember, mendorong perusahaan untuk merekrut karyawan pada tingkat tercepat dalam sembilan bulan. Namun, tekanan inflasi meningkat dan indeks harga mencapai puncaknya yang terakhir terlihat pada bulan Juni, meskipun harga input naik lebih lambat.
“Tren permintaan yang menguntungkan juga menyebabkan kenaikan harga tercepat untuk layanan India dalam lebih dari enam tahun, yang mungkin menarik perhatian para pembuat kebijakan dan berpotensi menunda pemotongan suku bunga acuan repo,” tambah De Lima.
Inflasi India
Inflasi India diperkirakan akan tetap berada di atas kisaran target Bank Sentral India sebesar 2 hingga 6 persen hingga setidaknya Oktober. Namun bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga kebijakan utamanya tidak berubah pada angka 6,50 persen hingga akhir Maret, diikuti dengan penurunan sebesar 25 basis poin pada April-Juni.
Meskipun aktivitas manufaktur India meningkat pada level tertinggi dalam tiga bulan di bulan Agustus, pertumbuhan jasa yang lebih lambat berarti Indeks Output PMI Komposit Global India S&P secara keseluruhan turun menjadi 60,9 pada bulan lalu dari 61,9.