Sandiaga Uno Tambal PPP yang Lama Kehilangan Figur

Sandiaga Uno Tambal PPP yang Lama Kehilangan Figur

25 April 2023 18:48

?Peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai berpindahnya Sandiaga Uno ke PPP karena adanya timbal balik yang saling menguntungkan antara keduanya. 

Dalam berpartai di Gerindra Sandi kemungkinan sulit untuk memunculkan eksistensinya secara komprehensif. Kondisi yang berbeda diberikan oleh PPP dengan kesempatan dan peluang yang ada untuk Sandi berkiprah dalam berpolitik khususnya dalam pemilu 2024.

“Dalam berpartai butuh kenyamanan dan butuh diakui eksitensinya secara komprehensif sehingga dia punya kesempatan dan punya pengaruh di partai dan itu tidak didapatkan di gerindra. Ini berbeda dengan peluang yang mungkin diberikan oleh PPP kepada Sandi untuk turut berkiprah. Sedangkan di gerindra jadi alat politik, tidak praktis karena gerindra selalu di bawah bayang-bayang Prabowo,” ungkap Peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor.

Sedangkan bagi partai berlambang kabah ini telah lama kehilangan figur atau sosok yang bisa menjual sekaligus meroketkan nama partai. Kehadiran Sandi bisa menjadi jawaban atas kondisi PPP yang mengalami kemerosotan figur dalam partai.

“Karena memang (PPP) membutuhkan sosok yang menjual, selama ini kehilangan tokoh yang menjual dan tidak ada satu refresment dan butuh sosok yang menjawab. Jadi saling taked and gived PPP setelah 1999 dan 2004 drastis turun. Sebelum Romahurmuzi tersandung kasus hukum sudah prolematik partai itu dan diperburuk kejadian itu,” jelas Firman Noor.

Di sisi lain, kemungkinan duet Ganjar Pranowo dan Sandiaga Uno bisa terjadi, namun peluangnya terjadinya duet tersebut kecil. Hal ini karena PDI Perjuangan masih berhitung peluang menang.

“Ada peluang itu tapi tidak terlalu besar karena ada pilihan yang lebih menjual. PDIP masih berhitung tokoh yang bisa menjual” kata Firman.

Dia menekankan titik perebutan suara sengit antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga peran Gubernur Jawa Timur dinilai paling strategis untuk mengamankan suara.

“Jateng dan Jatim dan di situlah Khofifah diangap strategis dan pertamaJajatim itu beragam kantong nahdiyin itu ada di tapal kuda, kalangan NU juga tidak bisa diikat semua dan jaman Gusdur juga tidak bisa jadi jaminan. Jadi saya kira untuk Khofifah akan alot antara Anies dan Demokrat karena Khofifah bagian dari pemerintah,” terangnya.

Lebih lanjut, menurut pengamat politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin mengatakan perpindahan Sandi ke PPP bukan tanpa sebab tapi merupakan skema yang dibuat ooleh Joko Widodo yang mengarahkan untuk dipasangkan dengan Ganjar Pranowo.

“Keliatannya Sandi masuk dalam skema Jokowi memberi tugas ke Sandi dan Sandi keluar dari gerindra ada penugasan dan penugasan itu sepertinya dari jokowi. Keanapa meninggalkan gerindra mungkin ada angin surga dari Jokowi untuk menjadi cawapresnya Ganjar. Tanpa perintah Jokowi saya melihat Sandi tidak berani karena terlihat (PPP) parpol buncit di parlemen saya melihatnya dari skema tersebut,” cetusnya.

Di sisi lain Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memang membutuhkan dukungan dari kelompok islam dan Sandi dianggap dari kelompok islam. Sedangkan terkait romantisme PDIP-PPP yakni Megawati-Hamzah Haz, publik tidak boleh lupa dengan situasi yang berbeda dengan pemilihan 2024. 

Saat itu keduanya memimpin bukan karena pemilihan langsung tetapi melalui MPR. Sementara itu jika Anies kembali disandingkan dengan Sandi maka hal itu sulit sebab Sandi dinilai bagian dari pemerintah sedangkan Anies didukung partai politik oposisi.

“PDIP dan PPP harus diuji dalam pemilu 2024 nanti apakah seandainya ganjar dan sandi bisa menang atau tidak kita lihat saja ke depan perkembangan dan dinamika politiknya seperti apa. Boleh saja PDIP dan PPP punya historis romatisme. Jadi perlu kerja keras untuk bisa unggul memenangkan petarungan. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Nopita Dewi)
ppp