Mengenal Paetongtarn Shinawatra, Pewaris Dinasti Politik yang Kini Pimpin Thailand

Paetongtarn Shinawatra, Perdana Menteri Thailand termuda yang pernah menjabat. Foto: EFE-EPA

Mengenal Paetongtarn Shinawatra, Pewaris Dinasti Politik yang Kini Pimpin Thailand

Fajar Nugraha • 16 August 2024 19:05

Bangkok: Parlemen Thailand sudah menetapkan pilihan kepada Paetongtarn Shinawatra, untuk menjadi perdana menteri terbaru. Perempuan berusia 37 tahun itu adalah seorang kandidat tanpa pengalaman dalam pemerintahan menjadi pemimpin negara yang sedang dilanda kekacauan politik yang mendalam.

Seperti apa kiprah Paetongtarn dalam politik Thailand yang dikenal penuh gejolak pergantian kepemimpinan dalam beberapa tahun terakhir.

Pewaris dinasti politik yang berkuasa

Paetongtarn, yang juga dikenal dengan nama panggilannya, Ung Ing, adalah anak ketiga dan bungsu dari taipan Thaksin Shinawatra. Thaksin yang kini berusia 75 tahun, menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 2001 hingga 2006.

Partai-partai politik yang didirikannya, termasuk partai Pheu Thai yang kini diwakili oleh putrinya, secara konsisten memenangkan pemilu. Ia disingkirkan dalam sebuah kudeta tetapi tetap memegang pengaruhnya bahkan saat tinggal di pengasingan untuk menghindari tuduhan korupsi.
 
Baca: Putri Taipan Thailand Resmi Jadi Perdana Menteri Termuda.


Paman ipar Paetongtarn, Somchai Wongsawat, juga disingkirkan sebagai perdana menteri pada 2008, ketika Mahkamah Konstitusi memerintahkan pembubaran partainya.

Bibinya, Yingluck Shinawatra, 57 tahun, adalah mantan perdana menteri yang mengalami nasib yang sama. Adik perempuan Thaksin ini menjadi perdana menteri pada 2011 dan digulingkan dalam kudeta pada tahun 2014, lalu melarikan diri dari negara itu pada 2017 untuk menghindari tuntutan kelalaian pidana.

Latar belakang dan pendidikan

Saat masih kecil, Paetongtarn mengikuti jejak ayahnya saat berkampanye dan bermain golf. Ia lulus dari Universitas Chulalongkorn, salah satu sekolah terbaik di Thailand, dengan gelar di bidang ilmu politik.

Dia kemudian belajar manajemen perhotelan internasional di Universitas Surrey di Inggris.

Ia berusia 20 tahun saat menyaksikan kudeta militer Thailand terhadap ayahnya. Ia membantu memimpin perusahaan manajemen perhotelan yang dikelola keluarganya. Kemudian, ia direkrut ke dunia politik tahun lalu, bergabung dengan partai populis Pheu Thai dan menjadi kandidat terdepan untuk jabatan perdana menteri. Kampanye tersebut berlangsung selama trimester terakhir kehamilan anak keduanya.

“Gairah saya adalah perhotelan,” katanya dalam sebuah wawancara pada Maret 2022.

“Namun setelah punya anak, pemikiran saya berubah. Saya ingin membuat negara ini layak huni bagi anak-anak saya,” ucap Paetongtarn.

Kebangkitan Paetongtarn telah memicu nostalgia akan warisan keluarganya di antara para pendukungnya. Di antara para kritikus, hal itu juga memicu kecaman atas skandal-skandal masa lalunya dan pertanyaan tentang kredensialnya selain nama keluarganya.

“Saya memiliki tim yang solid, tim yang pernah menjadi pemerintah, pernah melayani rakyat, pernah mendorong kebijakan dengan sukses,” katanya dalam sebuah wawancara pada Maret 2023.

“Itu membuat saya berani mengatakan bahwa saya siap,” imbuh Paetongtarn.

Meskipun ikatan keluarganya berpengaruh, banyak orang, termasuk orang dalam partai, menganggapnya belum siap untuk memimpin negara karena kurangnya pengalaman politiknya. Pheu Thai akhirnya memilih Srettha Thavisin sebagai kandidatnya. Namun kemudian menunjuk Paetongtarn sebagai pemimpin partainya.

Naik menjadi perdana menteri

Pita Limjaroenrat, seorang politikus dari Partai Move Forward, memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan tersebut dengan agenda pro-reformasi yang, di antara isu-isu lainnya, menyerukan perubahan pada undang-undang yang menjadikan mengkritik monarki Thailand sebagai tindak pidana.

Namun, Senat yang ditunjuk militer menolak hasil tersebut, dengan memberikan suara untuk tidak membiarkannya menjadi perdana menteri. Mahkamah Konstitusi juga melarang partainya.

Srettha menjadi perdana menteri pada tahun 2023. Namun kurang dari setahun kemudian, pada Rabu, Mahkamah Konstitusi menggulingkannya, dengan menyatakan bahwa ia telah melanggar standar etika.

Pheu Thai pada Kamis 15 Agustus memilih Paetongtarn sebagai kandidatnya untuk menjadi penerus Srettha, dan ia menerima pencalonan tersebut.

Saat ini Paetongtarn menghadapi ekonomi yang sedang terpuruk, dan saat ia menjabat, ia tampaknya akan melanjutkan beberapa sikap ekonomi Srettha, termasuk mengadvokasi suku bunga yang lebih rendah dan lebih sedikit otonomi bagi bank sentral.

Salah satu hal yang menghantuinya adalah kemungkinan tekanan dari militer dan sekutu-sekutunya yang royalis. Banyak yang menuduh mereka berulang kali merusak proses demokrasi, dan mereka tampaknya telah menentang pemahaman mereka yang baru-baru ini dan tidak nyaman dengan ayahnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)