Prabowo Bidik Ekonomi Indonesia Tumbuh 8%

Ekonomi Indonesia. Foto: MI.

Prabowo Bidik Ekonomi Indonesia Tumbuh 8%

Arif Wicaksono • 6 March 2024 14:00

Jakarta: Calon Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ambisius sebesar delapan persen dalam lima tahun ke depan. Hal ini untuk membawa Indonesia mencapai status ekonomi maju pada 2045.

Menteri Pertahanan Prabowo, yang dalam sejumlah hasil quick count dinyatakan menang dalam pemilihan presiden pada 14 Februari 2024, mengatakan dapat mencapai target ini mengingat permintaan domestik dan daya beli yang kuat.
 

baca juga:

Dihadapi Tren Pelemahan Ekonomi, Aktivitas Manufaktur RI Masih Kuat


Target ekonominya sebesar delapan persen diharapkan dapat meningkatkan produk domestik bruto (PDB) per kapita nmenjadi USD25 ribu pada 2045, dan menciptakan 10 juta lapangan kerja. Perekonomian Indonesia tumbuh 5,3 persen pada kuartal terakhir dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh konsumsi swasta yang kuat.

Prabowo, yang mencalonkan diri bersama Gibran Rakabuming Raka menekankan pentingnya manajemen yang efektif untuk memanfaatkan kekuatan negara, menyoroti perlunya menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dan memerangi kemiskinan.

Prabowo berjanji untuk melanjutkan kebijakan-kebijakan utama Joko Widodo, seperti hilirisasi mineral untuk memperluas manufaktur baterai dan kendaraan listrik, serta membangun ibu kota Nusantara di Kalimantan.

"Saya sangat optimis. Kami akan melanjutkan kebijakan-kebijakan Widodo yang sudah terbukti dan relevan, serta memperbaikinya dengan cara yang sama," katanya, dilansir Business Times, Rabu, 6 Maret 2024

Dia menjanjikan peralihan kekuasaan yang sangat lancar pada akhir tahun ini. Ia juga berusaha menarik lebih banyak investasi swasta asing melalui peningkatan kolaborasi dengan perusahaan swasta, khususnya dalam pendanaan proyek.

Politikus berusia 72 tahun ini mengusulkan langkah-langkah strategis seperti privatisasi perusahaan milik negara dan penyesuaian rasio pajak. Daripada menganjurkan kenaikan pajak, ia bertujuan untuk meningkatkan rasio pajak terhadap PDB menjadi 16 persen dengan memperluas basis pajak sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan dan stabilitas keuangan.

"Masih banyak inefisiensi dalam perekonomian kita. Kita harus mempunyai manajemen yang lebih baik, struktur yang lebih efisien, dan kita harus mengurangi korupsi,” ujar dia.

Dia menambahkan Indonesia telah menjaga disiplin fiskal yang hati-hati, dan mencatat bahwa pemerintahan baru tidak mengalami gagal bayar (default) terhadap utang pemerintah sebelumnya.

Sementara itu bank sentral yang menyatakan bahwa negara ini kemungkinan hanya akan tumbuh sekitar 4,7 hingga 5,3 persen dalam dua tahun ke depan, karena ketidakpastian yang terus-menerus dari luar negeri.

Waspadai ketidakpastian global

Di saat yang sama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan perekonomian Indonesia kuat, namun tetap waspada karena ketidakpastian global.

Ia telah berulang kali mengatakan Indonesia memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter, kemungkinan besar pada paruh kedua tahun ini, karena ketidakpastian global mulai mereda dan Bank Sentral AS juga diperkirakan akan menurunkan suku bunga pada saat itu.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan negara perlu melanjutkan reformasi struktural untuk menciptakan lingkungan yang ramah investasi guna mempertahankan pertumbuhan.

Ia menggarisbawahi Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan belanja pemerintah untuk meningkatkan perekonomian, karena langkah-langkah fiskal mempunyai batas.

“Oleh karena itu, menarik investasi asing langsung dan investasi secara umum sangatlah penting,” ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)