Lestarikan Lingkungan dan Mitigasi Bencana, Penanaman Mangrove Digencarkan

Penanaman mangrove/Medcom.id/Siti

Lestarikan Lingkungan dan Mitigasi Bencana, Penanaman Mangrove Digencarkan

Siti Yona Hukmana • 5 December 2024 08:48

Jakarta: Penanaman mangrove atau bakau, untuk melestarikan lingkungan dan memitigasi bencana digencarkan. Integrasi data dan Informasi Geospasial (IG) wilayah darat dan laut untuk pengelolaan wilayah pantai secara terpadu juga digenjot.

Kepala Badan Informasi Geospasial Muh Aris Marfai mengatakan melalui analisis data yang terintegrasi antara darat dan laut, dapat melihat secara lebih dalam bagaimana interaksi antara faktor-faktor laut dan darat mempengaruhi kondisi lingkungan di kawasan pesisir.

"Ini memungkinkan kita untuk merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah mitigasi pengelolaan wilayah yang lebih tepat sasaran," kata Aris dalam keterangan tertulis, Kamis, 5 Desember 2024.
 

Baca: Tangkal Emisi Karbon, PIS Jaga Pesisir Pantai Nusantara via Mangrove

Sehubungan dengan itu, BIG menyelenggarakan ‘International Workshop on Joining Land and Sea’ yang digagas oleh United Nations Global Geodetic Center of Excellence (UN-GGCE) di Bogor, Jawa Barat pada Rabu, 4 Desember 2024. Peserta workshop dihadiri 24 negara.

Para peserta diajak melihat langsung fenomena penurunan muka tanah di wilayah Jakarta Utara. Kemudian, melihat upaya pelestarian lingkungan di wilayah pantai melalui penanaman mangrove bersama, di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar (IGD) BIG, Mohamad Arief Syafi’i mengungkapkan bahwa integrasi data darat dan data laut dapat terwujud melalui program Kebijakan Satu Peta (KSP). Khususnya penggunaan sistem referensi tunggal berupa Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI2013).

Arief berharap analisis mengenai lingkungan hidup terhadap mitigasi kebencanaan dan potensi kewilayahan dapat dilakukan secara tepat dan cermat.

"Dampaknya dari ketepatan analisis tersebut akan dapat membantu masyarakat untuk tangguh terhadap bencana, dan membantu pertumbuhan ekonomi,” jelas Arief.

Adapun Taman Wisata Alam Mangrove Kapuk adalah kawasan konservasi alam yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir, menyediakan habitat bagi berbagai spesies, serta berfungsi sebagai penyangga terhadap bencana alam.

Kegiatan penanaman mangrove bersama yang dilakukan peserta workshop ini juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Sebab, mereka dapat terlibat dalam kegiatan restorasi lingkungan, serta pengelolaan wisata alam.

Keberlanjutan kawasan Taman Wisata Alam Mangrove Kapuk tidak hanya berfokus pada pelestarian alam, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan ekonomi berbasis lingkungan.

Hutan bakau merupakan ekosistem pantai yang kaya keanekaragaman hayati, dan berperan penting dalam memperbaiki kualitas lingkungan, serta mencegah kerusakan akibat erosi pantai.
Tanaman mangrove memiliki akar yang dapat menyerap air laut dan menstabilkan tanah, sehingga mengurangi dampak dari penurunan tanah yang sering terjadi di pesisir Jakarta, pesisir utara pulau Jawa, maupun wilayah-wilayah lain di Indonesia.

Mangrove berfungsi sebagai barier alami yang dapat mengurangi kekuatan ombak dan gelombang pasang laut, sehingga mencegah abrasi pantai, penurunan muka tanah, serta banjir rob. Selain itu, mangrove juga dapat menyimpan karbon, yang membantu mengurangi dampak perubahan iklim yang berkontribusi pada peningkatan permukaan air laut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Sholahadhin Azhar)