Badan Pangan Nasional Bakal Atasi Kelangkaan Beras Premium di Ritel Modern

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi. Foto: Kemenko Perekonomian.

Badan Pangan Nasional Bakal Atasi Kelangkaan Beras Premium di Ritel Modern

Media Indonesia • 11 February 2024 15:58

Jakarta: Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi akan mengatasi kelangkaan stok beras premium di ritel-ritel modern.

Pemerintah telah menugaskan Perum Bulog untuk menggulirkan beras ke ritel dan pasar tradisional di sejumlah daerah. Seperti di Kabupaten Pati dan Pekalongan Timur, Jawa Tengah.

Arief mencatat beras komersial Bulog sebanyak 200 ribu ton akan disalurkan je pasar tradisional dan ritel hingga Maret 2024. Dari jumlah tersebut, 50 ribu ton di antaranya digelontorkan untuk Food Station Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) untuk memenuhi permintaan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

"Suplai beras ke peritel dari Bulog sudah berjalan. Penyaluran ini adu cepat dengan pembelian masyarakat," ungkap Arief dilansir Media Indonesia, Minggu, 11 Februari 2024.

Dia juga menuturkan beras SPHP dari Bulog juga akan digelontorkan ke pasar-pasar tradisional dan ritel modern. Rencananya, penyaluran beras SPHP mencapai 1,2 juta ton di tahun ini. 
 

Baca juga: 

Pemerintah Seimbangkan Ketersediaan Beras dan Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan


Masyarakat bisa mendapatkan beras tersebut di outlet-outlet distributor mitra Bulog.

Arief mengatakan harga beras premium bukan dari Bulog yang dijual saat ini masih di atas harga eceran tertinggi (HET). 

Pemerintah telah menetapkan HET beras premium sebesar Rp 13.900-Rp 14.800 per kilogram (kg).

"Harga jualnya masih di atas HET, karena harga gabah masih di atas Rp7.000 per kg," ujar dia.

Revisi HET beras bukan satu-satunya jalan keluar

Dia pun menyampaikan usulan untuk revisi HET bukan jalan keluar utama untuk mengatasi kelangkaan stok beras premium. Pemerintah, katanya, fokus untuk menyediakan suplai beras. Termasuk mendatangkan impor beras. 

Pemerintah telah mengumumkan akan impor beras sebanyak 3 juta ton sepanjang tahun ini.

"Kalau HET dinaikkan nanti kita tidak tahu kalau harga mahal. Walaupun sangat pahit, importasi saat ini harus dijalankan. Impor ini sangat terukur sesuai dengan kebutuhan tanpa mengganggu petani," sebut dia.

(Insi Nantika Jelita)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)