Menlu Sugiono tegaskan arti penting kerangka kerja sama ASEAN Plus Three (APT) sebagai jangkar ketahanan kawasan. Foto: Kemenlu RI
Fajar Nugraha • 11 July 2025 15:10
Kuala Lumpur: Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono menegaskan kembali arti penting kerangka kerja sama ASEAN Plus Three (APT) sebagai jangkar ketahanan kawasan dalam menghadapi krisis multidimensional. Hal tersebut disampaikan dalam Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN Plus Three yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia 10 Juli 2025.
Menlu Sugiono mengingatkan bahwa APT dibentuk pada masa krisis moneter Asia tahun 1997 dan kembali memainkan peran penting dalam meredam dampak krisis keuangan global 2008. Saat ini, kerja sama APT kembali diuji oleh tekanan ekonomi global dan rivalitas geopolitik yang makin tajam.
“Jika kita mampu mempertahankan semangat solidaritas dan tekad bersama, maka kita juga dapat menghadapi tantangan era ini dengan ketangguhan yang sama,” ujar Menlu Sugiono, dikutip dari situs Kemlu.go.id, Jumat 11 Juli 2025.
Menlu Sugiono menekankan bahwa ketahanan pangan harus menjadi inti dari kerja sama APT. Meskipun kawasan memiliki basis pertanian yang kuat, Menlu Sugiono menyoroti kerentanan sistem pangan akibat guncangan iklim, gangguan rantai pasok, dan ketimpangan struktural, sebagaimana laporan terbaru Hunger Hotspots oleh FAO dan WFP.
Dampaknya, harga pangan yang terus meningkat telah menyebabkan daya beli rumah tangga menurun, terutama kelompok rentan.
“Saatnya kita mengangkat APT Emergency Rice Reserve menjadi platform yang lebih strategis, bukan sekadar untuk distribusi pangan dalam keadaan darurat, tapi juga untuk mendukung pertanian berkelanjutan dan koordinasi rantai pasok yang lebih baik,” tegas Menlu Sugiono.
Indonesia juga mendorong penguatan ASEAN Food Security Information System (AFSIS) serta keterlibatan sektor swasta dalam meningkatkan ketahanan pangan kawasan melalui skema kemitraan publik-swasta.
Selain isu pangan, Menlu Sugiono menekankan bahwa APT harus terus menjadi jangkar bagi perdamaian dan stabilitas kawasan. Ia mengingatkan bahwa stabilitas tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus diperjuangkan oleh seluruh negara yang memiliki kepentingan besar terhadap masa depan kawasan.
“Kita semua harus menjadi kekuatan positif. Dan hukum internasional harus selalu dihormati,” tegas Menlu Sugiono.
Menlu Sugiono menyerukan paradigma kolaborasi yang dilandasi rasa saling percaya, saling menghormati, dan tanggung jawab bersama. Dalam konteks ini, Indonesia menyambut baik komitmen negara-negara Plus Three terhadap mekanisme ASEAN dan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
Menutup pernyataannya, Menlu Sugiono menegaskan bahwa APT harus dilihat bukan hanya sebagai forum yang hanya merespon krisis, tetapi juga sebagai platform jangka panjang untuk membangun ketahanan dan perdamaian kawasan yang inklusif.
ASEAN Plus Three (APT) adalah kerangka kerja sama regional yang melibatkan 10 negara ASEAN bersama Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, dibentuk sejak 1997 untuk memperkuat integrasi kawasan Asia Timur.
APT bertujuan mendorong stabilitas, kemakmuran, dan ketahanan regional melalui kerja sama di bidang ekonomi, keuangan, ketahanan pangan, pendidikan, penanggulangan bencana, dan kesehatan. Inisiatif penting seperti Chiang Mai Initiative dan cadangan beras darurat APTERR merupakan bentuk konkret kerja sama APT.